Bak Singa Gurun Mengaum, Bung Karno Bersuara di Sidang PBB – Analisis

[ad_1]

Bung Karno adalah sosok penting dalam pembangunan revolusi mental dunia. Perjuangan beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadi suri tauladan bagi bangsa, semangatnya yang berapi-api bak singa gurun yang mengaum. Salah satu sepak terjang Bung Karno yang fenomenal adalah ketika bersuara dalam sidang PBB.

Dengan lantang, kharismanya terpancar kuat. Presiden pertama Republik Indonesia ini mengutuk kolonialisme dan imperialisme, serta mengkritik keras peran PBB yang lebih condong ke negara barat, mendukung perlucutan senjata akibat ancaman senjata nuklir dalam perang dingin Amerika dan Uni Soviet, serta mengusulkan Pancasila masuk dalam piagam PBB.

Sosok Bung Karno juga mampu meneladani politik lapangan revolusi tidak berdarah yang dicontohkan Nabi Muhamad SAW, salah satunya lewat Proklamasi. Terbukti, Bapak Proklamator ini mampu menyatukan 54 negara atau kerajaan  menjadi satu atas nama Indonesia. Fenomena ini belum pernah terjadi di belahan dunia manapun.

Bahkan, Soekarno mampu menerjemahkan piagam Madinah melalui Pancasila. Jasa-jasanya tidak terlepas dari perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, juga menjadi contoh perjuangan bangsa-bangsa lain.

Sehingga, peringatan 61 tahun Bung Karno berdiri di depan sidang PBB yang digelar 30 September 2021 adalah momentum dan perwujudan semangat pembebasan negara–negara Asia dan Afrika dari neokolonialisme dan imperialisme.

Salah satu prinsip yang menjadi pedoman adalah membawa tinggi wol yang dalam adalah semangat positif bung Karno yang diartikan bahwa memendam segala keburukan yang bersifat manusiawi adalah langkah bijak dan seharusnya diterapkan.

Wajar jika saat ini LIPI berencana mengajukan kembali dua pidato Bung Karno ke UNESCO sebagai kenangan dunia yaitu Bhinneka Tunggal Ika Asia Africa dan kekuatan baru yang muncul.

Tentunya  lewat momen ini diharapkan dunia dapat mengenang kembali, melakukan peninjauan kembali serta mampu membuat perkiraan di masa depan. Dan yang pasti, relevansi Pancasila untuk tata dunia baru.

Penulis : Octa D. Sutrisno



[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »