[ad_1]
Oleh: M. Nur Kholis Al Amin
Keberadaan agama merupakan jalan penyucian spiritual setiap individu yang mengikuti dan mengamalkan ajaran agamanya, baik berupa perintah dan larangan, pilihan, maupun pengaturan.
Oleh karena itu, substansi dari ajaran agama yang berupa panduan akhlak merupakan bentuk utama dalam pengaplikasian hidup dan kehidupan seseorang, seperti halnya untuk gemar berdzikir dalam situasi apapun dengan pasrah padaNya, atau gemar untuk menghujat dan melaknat peristiwa yang tidak diinginkannya. Sehingga, kearifan lokal masyarakat Jawapun, dalam menghadapi peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya, memberikan suatu slogan untuk tuntunan hidup ini, biar tidak termakan nafsu ggrantes bin ngenes. “Untungnya,” katanya.
Ya, usut bin usut, “untunge” tidak sekedar kata-kata sebagai teori semata, namun juga merupakan suatu energi untuk membesarkan hati dalam menghadapi kenyataan yang tidak diharapkan namun sedang menimpanya.
Seperti halnya, pengalaman pagi ini sewaktu penulis berangkat kerja, motor sudah dicek surat-suratnya berikut kondisi ban, rem, dan lain-lain . Perlengkapan berkendarapun juga lengkap, helm (pastinya standart SNI), jaket, sarung tangan. Namun, kejadian yang tidak diinginkanpun datang menghampiri. Apa itu?
Ban belakang meledak, pasangan, di belakang truk yang tidak terlihat jalan berlubangnya. “Untunge” tidak panik dan semoga selalu ingat Dia. Hanya pasrah dan mengambil cara bagaimana ketika tidak mampu mengendalikan stang motor. Ya, lalu sebisa mungkin loncat dari motor walaupun akhirnya ndhlosor dengan luka lecet-lecet di kaki dan tangan, serta sedikit bengkak.
Helm sedikit pecah, Untungnya itu tidak bisa diperbaiki, motor sedikit rusak. Untung bisa dibawa pulang juga walau harus mbengkel terlebih dahulu.
Akhirnya, untung slamet. Terimakasih Ya Allah..
#cukup sekali saja
#luck_itu butuh bukti.
[ad_2]
Sumber Berita