[ad_1]
Wida dan Hendro adalah pendiri Foodbank of Indonesia (FOI), lembaga nirlaba yang kegiatannya menampung makanan dari pihak-pihak yang berkelebihan kepada masyarakat yang memerlukan. Kegiatan ini yang membuatnya harus berurusan dengan “klien” yang cukup berbeda dari dunia PR. Mereka mendirikan FOI pada Mei 2015 sebagai bagian dari jaringan The Global Foodbank Netwok, jaring lembaga swadaya masyarakat yang berbagi makanan dengan mereka yang membutuhkan.
‘’Di Indonesia masih banyak lho orang yang kesulitan mengakses makanan, dan pada sisi yang lain banyak bahan makanan yang terbuang sia-sia,’’ kata Wida, alumnus Sastra Rusia daricFakultas Ilmu Budaya UI, yang juga meraih gelar S-2 Ilmu Komunikasi dari UI itu. Kelebihan makanan itulah yang dikumpulkan Foodbank of Indonesia untuk kemudian disalurkan pada para beneficaries (penerima manfaat). Makanan itu diberikan dalam bentuk siap makan, tak perlu diolah lagi.
Dikelola dari sebuah bangunan di Jalan Abdul Majid Dalam III No. 2B Komplek Deplu Cipete Jakarta Selatan, Foodbank of Indonesia (FOI) itu kini telah mengelola jaringan vlayanan di 31 titik, tersebar di berbagai daerah, mulai dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga keNusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. ‘’Bantuan makanan ini kami berikan terutama bagi kelompok rentan, yakni anak-anak, lansia dan sebagian lainnya dari kalangan dhuafa,’’ kata Wida.
Dalam operasional sehari-hari, FOI dibantu oleh tak kurang dari 300 relawan, yang umumnya dari warga masyarakat di sekitar titik layanan. Mereka yang sehari-hari melayani sekitar 11.400 anak-anak dan 1.400 lansia penerima manfaat.
Untuk target ke anak-anak misalnya, FOI bekerja sama dengan sejumlah PAUD (pendidikan anak usia dini). Menurut survei yang dilakukan oleh FOI, sekitar 27 persen siswa PAUD yang nota bene anak di bawah usia lima tahun (balita) itu berangkat ke sekolah dalam kondisi belum makan pagi. ‘’Bahkan, di daerah perkotaan padat dan miskin, jumlahnya bisa mencapai 40-50 persen,’’ tutur Hendro Utomo seperti tertulis di laman web resmi FOI.
Secara umum, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Kementerian Kesehatan tahun 2018, 3.9% balita di Indonesia mengalami gizi buruk (severe malnutrition) dan 13.8% lainnya menderita gizi kurang (underweight). Siswa pada sejumlah PAUD, yang bekerja sama dengan FOI, menerima makanan tambahahan berupa bubur kacang hijau, susu, roti isi, biskuit, sereal yang dicampur susu, susu, dan banyak kombinasi lainnya. FOI juga memantau dampak dari pemberian makanan itu, dan hasilnya secara umum berat badan anak-anak PAUD itu naik secara signifikan.
Tanggapan Darurat
Di tengah lonjakan pandemi Covid-19 Juli-Agustus 2021, bekerja sama dengan sebuah perusahaan obat Zipmex Indonesia, selama 10 hari FOI mengoperasikan Dapur Pangan berbasis Masyarakat dan memasok 2.600 paket makanan siap santap setiap harinya bagi masyarakat yang terdampak. Paket makanan sehat itu diprioritaskan bagi warga prasejahtera yang menjalani isolasi mandiri di sekitar Jakarta.
Sebanyak 10 Dapur Pangan FOI (DPF) yang dioperasikan. Program #Zipmex-Peduli terjun bergotong royong menyumbang perkakas dapur. Puluhan relawan terjun membantu memasak, mengemas dan mendistribusikannya.“Makanan sehat menjadi hal penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh di tengah pandemi Covid-19. Semoga, melalui aksi ini, setiap orang bisa mendapatkan makanan sehat,’’ ujar Co-Founder Zipmex Indonesia, Raymond Sutanto dalam pers rilisnya.
Satu set peralatan dapur itu diterima oleh PAUD Flamboyan, Kebayoran Lama, yang menjadi salah satu titik layanan FOI. Kordinator PAUD Flamboyan, Septi, mengatakan bahwa bantuan alat masak itu dapat berguna hingga masa pasca pandemi. Bila pandemi mereda, kata Septi, PAUD Flamboyan bisa memanfaatkannya untuk program pemberian makanan tambahan rutin untuk anak-anak, dan bila memungkinkan bisa juga membantu korban banjir yang sering melanda Kebayoran Lama.
Respons on Emergency Disaster (RED) ialah salah satu program layanan FOI. Kegiatan RED bersifat temporer, pada situasi kebencanaan. Ada pula Program Sayap dari Ibu (SADARI), yang merupakan kegiatan Intervensi pangan dan gizi harian bagi anak usia 3 – 5 tahun, dengan harapan anak-anak bisa tumbuh sehat mempunyai sayap untuk terbang di masa depannya.
Mentari Bangsaku merupakan program yang mencakup intervensi pangan dan edukasi pada siswa PAUD dan SD. Seperti di PAUD Flamboyan, Kebayoran Lama, Jakarta, misalnya, relawan FOI secara rutin menyajikan makanan bergizi untuk bocah-bocah balita itu. Ada pula Dapur Pangan FOI, yakni program pemberian pangan yang ditujukan kepada lansia dan fakir miskin. Berikutnya adalah Bank Pangan Kita (Bangkit), yang merupakan kegiatan pendampingan dan pemberdayaan bagi keluarga prasejahtera yang memiliki anak balita dengan status gizi buruk. Di luar program reguler ini sering kali FOI menjalankan aksi tematik, seperti terkait Hari Ibu 22 Desember, dengan aksi membagikan susu untuk masyarakat yang memerlukan.
Donasi
Dalam menjalankan programnya Foodbank of Indonesia (FOI) bekerja sama dengan banyak pihak, mulai dari instansi pemerintah, perusahaan swasta seperti industri obat, industri makanan, susu, bank, pasar swalayan, hotel, restauran dan katering dan banyak lainnya. Untuk hotel, restoran dan katering, makanan yang disumbangkan dipastikan bukan makanan sisa, melainkan kelebihan stok yang belum keluar dari kemasan. ‘’Kami menyortirnya secara ketat dan yang kami bagikan adalah makanan yang layak santap,’’ kata Wida Septarina.
Agar bisa dijadikan dalam keadaan hangat, relawan FOI memanasinya kembali di atas kompor dan memastikan semuanya masih ddalam kondisi segar dan higenis. Makanan itu kemudian dikemas ulang ke dalam nasi boks dan diantar ke alamat para penerima manfaat.
Memanfaatkan makanan yang sudah diproduksi dan diproses, namun tidak terserap, adalah salah satu misi foodbank network itu. Maka, lembaga nirlaba ini didorong untuk hadir di negara-negara yang praktek ekonominya sering terlalu memanjakan para kostumer yang “lapar mata”, kemudian memproduksi makanan melampaui jumlah yang bisa terserap lingkungan pasarnya.
Hotel, restoran, dan katering di Indonesia, sering “dipaksa” melakukan pemborosan atas tuntutan kostumer. Katimbang terbuang mubazir, lembaga seperti FOI itulah yang dapat memanfaatkannya. Indonesia tergolong negara yang boros bersama negara-negara seperti Denark, Belanda, Kanada.
Untuk pasar swalayan atau minimarker, kadang mereka menghadapi kelebihan stok. Maka, sebelum barang kadaluwarsa mereka menyumbangkan kelebihan stok itu lembaga sosial seperti FOI. Dalam mengelola organisasinya, FOI bersikap terbuka, transparan, dan terus menjaga akuntabilitasnya.
Laporan tahunan FOI dibuka untuk publik. Untuk kegiatan 2019 misalnya, dalam laporan tahunnya FOI menyebut menerima donasi sekitar Rp. 8 Milyar. Yang dalam bentuk barang berupa 6.733 kg produk industri makanan, 490 ton produk makanan yang awet, 1.057 kg susu, 1.367 kg makanan beku, 2.325 kg buah dan sayur, 489.670 kg barang kemasan eceran seperti biskuit, roto dan masih banyak lainnya. Semuanya dibagi ke 30 titik layanan untuk sekitar 13.000 penerima manfaat.
Sejauh ini tak ada komplain kepada layanan FOI. Para donatur mengakui dedikasi Wida dan Hendro Utomo dalam menjalankan kendali Foodbank of Indonesia. Tak heran bila pasangan suami-isteri ini meraih apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak. Antara lain, mereka mendapat penghargaan dari BeritaSatu TV pada akhir 2020 lalu.
Wida dan Hendro termasuk dalam jajaran peraih penghargaan People and Inspiration dari Televisi Berita Satu, Mereka meraih nilai tertinggi untuk katagori Kepedulian Sosial.
Pengarang: Indy Keningar
[ad_2]
Sumber Berita