Bahasa Cinta Kasih Itu, Empati – Analisis

[ad_1]

Empati

Tahun 2018, belum ada virus corona. Pun Covid-19 belum berpandemi ke seluruh dunia dan ke Indonesia. Namun, dalam sebuah kesempatan, ada proyek pekerjaan yang sedang saya tangani, tema besarnya ternyata tentang masalah empati yang terus tergerus pada manusia-manusia khususnya di bumi pertiwi.

Sebagai bagian dari langkah pekerjaan itu, saya tulis lirik dan lagu dengan judul Empati. Untuk keperluan dokumentasi pribadi, lagu Empati pun saya rekam sederhana dan saya simpan di Chanel YouTube saya: Supartono JW.

Lirik lagu Empati saya tulis berdasarkan rekaman deskripsi fakta tentang kondisi empati orang-orang, terutama orang-orang yang seharusnya berada di garda terdepan mengentaskan penderitaan rakyat Indonesia selama ini. Liriknya:

Empati

Oleh Supartono JW

Beberapa lebih suka

Perhatikan dirimu sendiri

Banyak yang sibuk

Mengurusi kepentingan sendiri

Laku langkahnya juga untuk sendiri

Segala cara untuk untung sendiri

Triknya egois

Semuanya demi untuk diri sendiri

Reff.

Ayo buka mata hatimu

Bahwa hidupmu tak bisa sendiri

Ayo berbagi kasihlah

Peduli sesama jaga perasaan orang lain

Jadi pribadi yang berempati

karena hidup tak bisa sendiri

Mengingatkan diri sendiri

Melalui lagu itu, sederhana saja bahwa sejatinya saya sedang mengingatkan diri saya sendiri bahwa saya harus membuka mata hati karena hidup tidak bisa sendiri.

Di kehidupan dunia ini, saya harus berbagi kasih, peduli sesama, dan harus bisa menjaga perasaan orang lain. Dan, saya ingatkan diri saya untuk menjadi pribadi yang berempati, karena hidup tak bisa sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

Empati juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut, dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut. Oleh sebab itu, empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan antara sesama manusia.

Empati pun sudah tertanam pada manusia, dan tanda-tandanya sudah ditunjukkan sejak bayi. Berikutnya akan semakin berkembang prosesnya dalam fase anak-anak, remaja, hingga dewasa. Dalam perjalanannya, tingkat empati seseorang bisa berbeda dengan orang lainnya. Ada orang yang mudah untuk berempati, ada pula yang sulit untuk melakukan hal tersebut.

Hal ini dapat dimaklumi, karena tingkat perkembangan empati seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya, faktor lingkungan sosial di masa anak-anak, remaja, dewasa hingga sekarang.

Lalu, juga faktor cara pandang terhadap sesuatu, pola asuh orang tua di rumah, pengaruh pendidikan di sekolah dan lingkungan, pengalaman masa lalu, dan juga sangat dipengaruhi oleh harapan-harapan atau ambisi-ambisi negatif maupun positif.

Apakah empati saya tinggi? Agar saya senantiasa dapat merawat dan menjaga empati, maka saya selalu bertanya pada diri saya sendiri. Apakah selama ini saya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain? Apakah saya pendengar yang baik? Apakah saya pandai atau cerdas memahami perasaan orang lain? Apakah saya sering dijadikan tempat curhat oleh orang lain? Apakah saya sering memikirkan perasaan orang lain? Apakah saya sering diminta menjadi penasihat bagi masalah orang lain? Apakah saya sering merasa terbebani oleh peristiwa-peristiwa tragis? Apakah saya berusaha untuk selalu membantu orang lain yang menderita? Apakah saya mudah mengetahui ketika seseorang berkata tidak jujur? Apakah saya terkadang merasa lelah atau kewalahan dalam situasi sosial? Dan apakah-apakah yang lain?

Bila pertanyaan tersebut jawabannya ada yang TIDAK, atau bahkan semua peetanyaan jawabannya TIDAK, artinya saya bukan manusia yang berempati tinggi.

Untuk itu, agar saya menjadi manusia yang berempati, maka berusahalah agar jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi, ya.

Dibutuhkan atau kebutuhan

Dalam situasi pandemi maupun tak pandemi corona, empati setiap orang dibutuhkan oleh sesama. Empati juga menjadi kebutuhan orang-orang yang menderita karena empati harus lahir dengan sendirinya, tanpa harus diminta-minta.

Bila ternyata saya sudah termasuk golongan orang yang berempati atau berempati tinggi, tentu akan ada dampak atau manfaat yang luar biasa khususnya bagi diri saya, dan umumnya bagi orang lain. Rasa empati sangat bermanfaat dan berdampak dalam membangun hubungan sosial dengan orang lain.

Dengan empati, saya atau seseorang akan mampu memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Akan terlatih untuk memberikan respons yang tepat dalam segala situasi sosial. Rasa empati juga sangat bermanfaat dalam mengatur emosi diri bila saya atau kita berempati pada orang lain. Sehingga jiwa peduli dan tolong-menolong mengalir dalam diri saya atau kita hingga tak mudah stres atau putus asa.

Selain itu dengan rasa empati, juga dapat membayangkan bagaimana rasanya bila saya atau kita berada pada posisi orang lain yang sedang kesusahan.

Karenanya, empati itu saya sebut sebagai wujud penyampaian bahasa cinta kasih antar sesama manusia. Bila setiap manusia, setiap orang dapat merawat dan terus menjaga rasa empati yang sudah ada sejak bayi, maka betapa indahnya dunia ini, sebab dipenuhi bahasa cinta kasih antar sesama manusia karena selalu ada kesadaran bahwa kehidupan di dunia ini, harus berbagi kasih, peduli sesama, dan harus bisa menjaga perasaan orang lain. Menjadi pribadi yang berempati, karena hidup tak bisa sendiri.

Bagaimana para elite yang seharusnya menjadi contoh empati di negeri ini kepada rakyatnya? Bagaimana yang lainnya? Yang terpenting, selalu tanyakan pada diri sendiri. Apakah saya orang yang memiliki empati? Empati tinggi?



[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »