[ad_1]
Pemerintah memutuskan untuk melanjutkan status PPKM level 3 dan 4 di Jawa – Bali mulai Selasa (7/9) hingga Senin 13 September 2021. publik untuk dijadikan bahan diskusi atau debat. Bahkan, masyarakat terkesan dengan masa bodoh dengan PPKM ini dengan berbagai alasan.
Mu jangan mengulang kisah
Selama ini alasan kenapa di Indonesia hingga terbitnya PSBB ke PPKM terikat, ada dua catatan. Pertama, pintu masuk Indonesia tetap dibiarkan longgar saat virus corona pertama sudah menyebar ke berbagai negara. Hingga akhirnya si embah corona ini bebas masuk ke Indonesia dan menyerang rakyat.
Kedua, tak belajar dari si embah corona pertama, tatkala muncul varian delta, pintu masuk Indonesia juga malah tetap menyambut kedatangan WNI maupun WNA dari negara pengimpor varian delta. Buntutnya, meledaklah kasus corona gelombang dua di Indonesia. Terbitlah PPKM dengan berbagai judul hingga sekarang.
Pertanyaannya, apalah kasus corona pertama dan kedua yang menyerang rakyat Indonesia, akan mengulang kisah saat varian baru muncul lagi? Padahal, saat varian delta masuk Indonesia, varian si embahnya corona dari Wuhan China saja belum terkendali. Begitu varian delta masuk, Indonesia pun malah menjadi episentrum Covid-19.
Artinya, saat perjuangan melawan varian delta saja belum selesai, kini muncul varian baru bernama Mu atau ilmiahnya disebut B.1.621. Namun, seperti tradisi sebelumnya, pemerintah Indonesia sudah mengumumkan bahwa varian ini belum masuk ke Indonesia. Apakah hanya itu sikapnya? Tidak mawas diri dan menyiapkan diri dan mencegah agar varian baru ini menembus Indonesia?
Apakah pemerintah akan ketat mengawasi dan memantau dengan tentang kedatangan atau kunjungan WNA atau WNI dari luar negeri yang bisa jadi menjadi pengimpor varian Mu?
Menyoal varian Mu, epidemiolog Griffith University Australia, menjelaskan varian Mu ini dari bukti yang ada, dapat menyiasati atau menurunkan efikasi antibodi atau imunitas tubuh.
Artinya, penyintas Covid-19 dari varian Delta, Alpha dan sebagainya bisa terinfeksi lagi dengan varian Mu ini. Apalagi, varian ini bisa juga menurunkan efikasi vaksin.
Oleh karena itu, vaksin booster sangat diperlukan untuk masyarakat di Indonesia, bukan hanya untuk tenaga kesehatan. Vaksin booster juga penting untuk masyarakat, terlebih untuk lansia yang rawan dan punya penyakit.
Selain itu, masyarakat juga berharap, pemerintah lebih cepat meningkatkan vaksinasi, meningkatkan pengujian, penelusuran, dan pengobatan (3T). Karena sampai saat ini 3T masih lemah di Indonesia. Pun dalam merespon kedatangan orang dari luar negeri, pemerintah perlu memperketatnya dengan penyaringan. Bukan hanya orang itu bawa test (PCR/antigen), tapi juga dia sudah divaksin lengkap, dengan vaksin efikasi tinggi dan menjalani karantina.
Dari informasi WHO, varian Mu awalnya ditemukan di Kolombia pada awal tahun ini. Saat ini telah dilaporkan di beberapa bagian Amerika Selatan dan Eropa. Prevalensi globalnya telah menurun hingga di bawah 0,1, tapi di Kolombia mencapai 39% dan Ekuador 13% dengan tren meningkat.
Selain itu, varian Mu sekarang telah terdaftar sebagai salah satu dari lima varian yang menjadi perhatian (variant of concern) WHO. WHO pun mengungkapkan ada empat varian lain yang masuk kategori VOC yaitu Eta yang pertama kali terdeteksi di beberapa negara pada Desember 2020, lalu Iota pertama kali terdeteksi di AS pada November 2020, Kappa pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020, dan Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Desember 2020.
Jadi, Kira-kira apakah pemerintah akan melakukan sikap antisipasi yang ketat terhadap varian Mu atau yang lain? Atau akan bersikap sama perlakuannya kepada WNI atau WNA yang dari luar negeri, hingga si embah corona dan varian delta bisa merajalela dan menjajah rakyat Indonesia. Sudah diingatkan lho, ya? Jangan sampai gelombang 3 datang!
[ad_2]
Sumber Berita