[ad_1]
Perubahan iklim menjadi isu hangat dewasa ini. Menyadari hal tersebut, pemerintah Indonesia menargetkan Emisi Nol Bersih di tahun 2060. Target tersebut mencerminkan akan kewajiban mengurangi efek gas rumah kaca sebesar 29% secara kondisional dan bantuan global sebesar 41% atau setara dengan 314 sampai 398 juta ton CO2 sesuai Kontribusi Bertekad Nasional (NDC).
Pemerintah segera mengambil strategi. Dalam jangka pendek, menghambat penggunaan B30 dan penembakan bersama pada PLTU. Sementara, optimalisasi EBT secara masif, penggunaan teknologi CCUS pada energi fosil hingga pengalihan kendaraan listrik digunakan sebagai strategi jangka panjang. Aksi mitigasi ini dilakukan sebagai bentuk keseriusan pemerintah terhadap perubahan iklim.
Kebijakan lainnya berupa pergantian anggaran subsidi untuk kegiatan produktif, kontribusi energi baru terbarukan sebesar 23% di tahun 2025, serta konversi energi dari limbah. Yup, betul. Program-program pemanfaatan EBT dan efisiensi energi menjadi kontributor utama dalam aksi mitigasi.
Di sisi lain, pemanfaatan EBT di Indonesia masih sangat minim bila dibandingkan dengan potensi yang ada. Dikutip dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, total pemanfaatan EBT di Indonesia baru 2,5% dari total potensi. Bahkan dalam hal energi terbarukan Indonesia masih kalau jauh dengan negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Hal ini tentunya menjadi cambuk bagi Indonesia untuk lebih mempercepat pemanfaatan bauran energi terbarukan.
Potensi dan Pemanfaatan EBT Indonesia (KESDM)
Memang, sektor energi akan cukup krusial dalam menentukan arah yang ditargetkan. Mengingat, kebutuhan energi akan semakin meningkat di masa depan. Sejauh ini, transportasi jadi salah satu konsumen terbesar energi di dalam negeri, diikuti dengan industri dan sektor pertanian.
Energi Strategi Besar yang tengah disusun pemerintah diharapkan sejalan dengan target capaian akan ketahanan energi, bauran energi, dan pengurangan emisi. Hal ini diperkuat dengan dokumen Strategi Jangka Panjang tentang Karbon Rendah dan Ketahanan Iklim 2050 untuk mengejar target emisi nol bersih dengan tetap mempertimbangkan kondisi ekonomi. Apalagi sisi keuangan menjadi kunci pembiayaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Dokumen ini merefleksikan arahan jangka panjang yang akan menjadi dasar pedoman dalam implementasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Pemerintah tetap optimis dalam mencapai emisi nol bersih di tahun 2060. Melimpahnya ragam sumber energi di Indonesia dapat secara ekonomis memasok kebutuhan energi. Syaratnya, pengembangan secara cepat dan tetap mempertimbangkan realitas kebutuhan energi dan keekonomian yang wajar.
Skenario Net Zero Emission 2060 (BAPPENAS)
Untuk mencapai itu semua diperlukan peranan aktif dari berbagai pihak, dimana pemerintah sebagai penentu dan pembuat kebijakan agar lebih terfokus pada perencanaan pembangunan berkonsep ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber energi hijau. Perusahaan di bidang energi yang bergerak sebagai penyedia pula harus mendukung, dan tidak bersikap defensif yang mementingkan bisnis dan keuntungan semata.
Perkembangan sektor energi juga tidak lepas dari peran masyarakat, terutama di era modern seperti saat ini. Dikarenakan energi tidak lagi hanya sebatas komoditas belaka, melainkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Itulah sebabnya, Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menciptakan kesetaraan energi bagi masyarakat serta ketahanan energi dan kelestarian lingkungan. Masyarakat perlu menyadari pentingnya transisi ke sumber energi yang bersih dan tidak terpaku pada paradigma lama yang berfokus pada energi fosil.
[ad_2]
Sumber Berita