[ad_1]
MATRANEWS.id — Sebagai leading sector di dalam Polri, anggota Polisi Lalu Lintas menjadi etalase yang mencerminkan citra Polri di mata masyarakat. Masyarakat seringkali hanya melihat dan menilai baik buruknya Polri berdasarkan tindakan dan perilaku anggota lalu lintas.
Ketika Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjabat sebagai Kapolri, konsep “Polri Presisi” diperkenalkan dengan definisi yang sederhana dan terkoordinasi. Transformasi yang nyata, dilakukan langsung presisi dalam aplikasi petugas lalu lintas. Peran polisi lalu lintas sebagai etalase citra Polri dalam masyarakat.
Sangatlah krusial bagi anggota Polisi Lalu Lintas untuk menjadi contoh yang baik dan mengemban tugas mereka dengan presisi serta memiliki kompetensi yang unggul. Berhasil, Polri di usia saat ini, semakin matang dan tanggap terhadap beragam kritik yang disampaikan masyarakat kepada lembaga penegak hukum.
Polisi sebagai pengayom dan penegak hukum di masyarakat terasa semakin baik. Tak terkecuali, anggota polisi lalulintas di lapangan dan di bidang administratif. Dengan kompleksitas permasalah yang ada, perubahan itu diupayakan dari Pendidikan.
Sejatinya, pimpinan Polri telah memberikan perintah kepada Pusat Pendidikan Lalu Lintas untuk memulai perubahan perilaku anggota di lapangan di seluruh Indonesia. Dimana Pusdiklantas, sebagai lembaga pendidikan punya tugas mencetak perwira Polri, Bintara Polri berkualifikasi Lalu Lintas.
Harapannya, tentu saja memupus stigma lama, terkait ketidaktahuan atau ketidakpedulian masyarakat terhadap urusan berlalu lintas. Direfleksi dengan hadirnya anggota polisi yang melakukan pendekatan yang lebih baik, yakni dengan memberikan pemahaman dan mengedukasi masyarakat secara luas.
“Pendidikan di Pusat Pendidikan Lalu Lintas memiliki muatan yang sesuai dengan konsep Polri presisi yang diperkenalkan oleh Kapolri,” ujar Kombes (Pol) Djoni Hendra, Kapusdiklantas yang ke-28 tentang lembaga Pendidikan Lalu Lintas yang berkualitas, tidak hanya diperuntukkan bagi bintara, tetapi juga perwira pertama hingga perwira menengah dengan pangkat AKBP.
Melalui pendidikan di Diklantas Serpong ini, diharapkan anggota Polri dapat menjadi contoh dan mengemban tugas dengan presisi serta memiliki kompetensi yang unggul dalam menjaga keamanan dan ketertiban lalu lintas di Indonesia.
“Setiap anggota lantas yang sudah sekolah di sini, harus menjadi agen perubahan, bagi temen-temennya yang belum sekolah di sini. Kalau dia sadar ini penting bagi dirinya dan untuk kemaslataan orang banyak, pulang dari sini harus langsung mengiplementasikan,” tutur Djoni.
Di Pusat Pendidikan Lalu Lintas Serpong, siswa kembali diajar dan diingatkan tentang rekayasa lalu lintas, bagaimana mengatasi jam rawan, kontra flow, serta memberikan edukasi lalu lintas dan informasi yang penting bagi pengguna jalan. Semua ini dilakukan demi kepentingan pengguna jalan yang baik dan benar.
Bahkan, pelatihan untuk menjaga VVIP dalam hal pengawalan dan prosedurnya, Pusdiklantas juga mempersiapkan. Hingga polisi trampil, profesional di bidang Lalu-lintas yang meliputi segala pengendalian Lalu-lintas untuk mencegah dan meniadakan segala bentuk gangguan serta ancaman agar terjamin keamanan, ketertiban, keselamatan dan kelancaran Lalu-lintas di jalan umum.
Lulusan dari lembaga pendidikan ini mendapatkan kemampuan yang memadai dan memiliki nilai tambah. Ahlak dan mentalitas adalah hal yang utama dalam pendidikan ini. Jika ada anggota yang melakukan tindakan tercela, mereka akan segera dipulangkan pada hari itu juga.
Dengan adanya anggota polisi yang melakukan pendekatan yang lebih baik, seperti memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat secara luas, diharapkan akan terjadi perubahan positif dalam perilaku masyarakat terkait aturan lalu lintas.
“Di era yang semakin maju dengan teknologi yang berkembang pesat ini, pengetahuan anggota Polisi Lalu Lintas harus lebih unggul daripada masyarakat umum,” ujar Djoni Hendra tentang lembaga pendidikan lalu lintas, yang pesertanya dari berbagai wilayah di Indonesia ini.
Masih dalam penjelasan Djoni, Pusdiklantas sebagai tempat pendidikan memiliki tenaga pendidik yang terlatih secara teoritis dan praktis. Mereka memiliki sertifikasi dari lembaga sertifikasi Polri dan sebagai instruktur yang mengajar, mereka merupakan masternya.
“Mencetak anggota Polisi Lalu Lintas yang memiliki integritas, etika kerja, dan sikap bertanggung jawab, yang outputnya nanti dirasa di tengah masyarakat,” papar pria humble, penyuka empek-empek ini tentang kelakuan oknum lantas yang viral di medsos, itu hanya karena situasi dan ketidaktahuan.
Maksudnya ketidaktahuan adalah, bagaimana polisi lalu lintas harus bisa menegakkan aturan dengan tepat, tahu kapan harus menerapkan penegakan hukum atau menggunakan diskresi kepolisian demi kepentingan umum.
“Alhamdulillah, banyak perubahan yang terjadi. Lalu lintas telah melakukan tindakan kepolisian dengan tindakan yang benar dan tidak mempersulit masyarakat,” ujar pria yang dilahirkan pada 30 Juni 1967 dan mengawali karirnya di Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 1991.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Akpol, beliau melanjutkan pembelajaran di Apledorn, Belanda, pada tahun 1995-1996. Pengalamannya ini memberikan wawasan internasional yang berharga dalam bidang lalu lintas.
Sebagai Kepala Pusat Pendidikan Lalu Lintas, Kombes Djoni Hendra menyadari pentingnya mengubah mindset anggota Polisi Lalu Lintas yang berseragam agar dapat memberikan pelayanan yang profesional dan bertanggung jawab kepada masyarakat.
“Satu-satunya Pendidikan, pengembangan dan spesialisasi terkait kompetensi tentang ke lalulintasan di Serpong ini,” ujar pria yang tugas utamanya adalah mengawasi dan mengarahkan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan lalu lintas di lembaga ini.
Petugas lantas diajar mahir dan memiliki fokus khusus pada kompetensi lalu lintas. Meskipun gaya setiap daerah mungkin berbeda, tetapi esensinya harus sama, yaitu menjunjung tinggi peran polisi lalu lintas sebagai pengayom masyarakat di jalan raya, termasuk dalam melayani publik di kantor seperti registrasi pajak kendaraan baru dan penerbitan SIM dengan cepat menggunakan teknologi yang memadai.
Anggota Polri di lantas harus adaptasi dan terus mengikuti perkembangan, dari paham kamera pemantau berteknologi canggih mulai dioperasikan di sejumlah ruas jalan untuk menunaikan fungsi tilang eletronik, memberlakukan electronic traffic law enforcement (ETLE) hingga tilang konvensional.
Pusdiklantas Serpong memiliki prasarana dan sarana yang lengkap dan baik, dalam memberi pelatihan, termasuk hal-hal yang kekinian. Pelatihan dilakukan dengan kendaraan roda empat dan dua yang modern, termasuk fasilitas mobil listrik.
Ada salah satu fasilitas penting di Pusdiklantas Serpong adalah Integrated Safety Driving Center (ISDC), tempat di mana anggota Polri dan masyarakat umum dapat berlatih mengemudi kendaraan roda empat dan roda dua dengan aman dan bertanggung jawab.
Muncul program 15 program prioritas Kampus Presisi. Seiring jaman, tersingkap pula harapan dari Kombes Djoni Hendra, pimpinan Polri, dan masyarakat. Bahwa anggota polisi, terutama Bhayangkara lalu lintas, memahami tugas mereka terhadap masyarakat, khususnya pengguna jalan di jalan raya.
Polri perlu mencintai masyarakat, dan sebaliknya, masyarakat juga perlu mencintai Polri.
“Harapan saya, seperti juga pimpinan Polri dan masyarakat, adalah bagaimana anggota polri, terutama Bhayangkara lalu lintas, harus memahami tugas mereka terhadap masyarakat, khususnya pengguna jalan di jalan raya,” ujar Djoni Hendra menegaskan.
“Saya juga mendoakan agar masyarakat Indonesia semakin mencintai Polri. Dan sangat penting bagi Polri untuk mencintai masyarakat, karena dalam kebersamaan itulah sinergi yang kuat akan tercipta,” demikian Djoni Hendra di HUT Polri ke-77 pada 1 Juli 2023.
Dengan upaya dan perubahan yang dilakukan oleh Pusdiklantas Serpong, diharapkan anggota Polisi Lalu Lintas akan menjadi agen perubahan yang kekinian, memiliki kompetensi unggul, dan mampu memberikan pelayanan yang profesional serta bertanggung jawab kepada masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban lalu lintas di Indonesia.
[ad_2]