[ad_1]
hanya sepasang ilalang
tumbuh di ingatanku
lahir mirip dengan urutan abjad
mencambuk jejak waktu
tumpang-tindih, hujan dan kemarau
seperti dahaga musim
tak henti-hentinya berbenah diri
masih saja puisiku membaca rerumputan
hidup liar, mata buta
jika saja aku terlahir
dari sepasang lampu
menghunjam sinar
seruncing panas senja
yang tumpahkan gelisah
Langit tak perlu terbakar dengan kerinduan
biarkan cahayanya mencumbu sungai
mengalir tanpa hilir dan hulu
karena sembab telah merapuh
dan kamu seperti bianglala
yang membakar puisiku
dengan bara api yang memijar absurd
ada derai air bening
mengalir di pelupuk senja
tanpa bingkai, menyesatkan cakrawala
nyanyikan senandung kasmaran
menjelma diri di geligi malam
seperti sepasang bidadari senja
yang menyempurnakan diksi syair-syairku
hingga puisiku terkapar
di ringkih waktu, yang tak pernah fana
adalah tatapan matahari berpijar indah
di larik senja dalam kesendiriannya
Malang, 2021
[ad_2]
Sumber Berita