[ad_1]
MATRANEWS.id — Beredar daftar Startup di Indonesia yang mengalami kebangkrutan. Padahal, mereka sangat terkenal pada masanya. Tapi apa daya, beberapa startup di Indonesia ini harus rela, mengalami kebangkrutan hingga terpaksa tutup.
Tak jelas juga apa karena keadaan pasar atau akibat pandemi Covid-19.
Ini Daftar Startup di Indonesia yang mengalami kebangkrutan
1. JD.ID
Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara mengkonfirmasi bahwa JD.ID resmi menutup layanannya pada 31 Maret 2023.
“Ini adalah keputusan strategis dari JD.COM untuk berkembang di pasar internasional dengan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara, dengan logistik dan pergudangan sebagai intinya,” jelasnya.
Adapun dalam laman resminya, JD.ID telah menyetop penerimaan pesanan sejak 15 Februari 2023.
2. Airy Rooms
Airy Rooms resmi menghentikan operasional per 31 Mei 2020.
Bisnis hotel aggregator ini sempat naik daun sebelum pandemi Covid-19.
Adapun para perusahaan bekerja sama dengan pemilik properti dari hotel hingga motel kecil dalam rangka menawarkan tempat menginap seperti yang ditawarkan platform online.
CEO Airy Rooms Indonesia Louis Alfonso Kodoatie mengungkapkan ada beberapa alasan di balik keputusan menutup bisnisnya.
3. Sorabel
Mengaku telah melakukan usaha terbaik untuk menyelamatkan perusahaan, Sorabel tetap harus menempuh jalur likuidasi.
Dengan demikian, startup e-commerce tersebut resmi tutup pada 30 Juli 2020.
Alasannya adalah karena kehabisan modal serta kesulitan menggalang pendanaan baru di tengah pandemi Covid-19.
4 CoHive
Startup yang merupakan penyedia ruang kerja berbagi (co-working space) ini diputuskan pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Keputusan pailit itu tertuang dalam Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Register No: 231/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Jkt.Pst tanggal 18 Januari 2023.
CoHive sendiri telah berdiri sejak 2015 sebagai proyek internal perusahaan modal ventura East Ventures yang diberi nama EV Hive.
Proyek tersebut berfungsi sebagai lokasi kerja bersama dan komunitas untuk perusahaan rintisan, baik portofolio mereka maupun bukan.
Awalnya, EV Hive mempunyai dua lokasi ruang kerja, yaitu di Jakarta Selatan dan BSD.
Kemudian proyek tersebut diambil alih oleh Jason Lee, Carlson Lau, dan Ethan Choi yang mengganti namanya menjadi Cocowork yang kemudian diganti lagi menjadi CoHive pada tahun 2017.
Setelah beralih kepemilikan dan meraih pendanaan seri B antara lain dari Insignia Ventures, CoHive berubah fokus dan berekspansi secara agresif di banyak lokasi dan kota.
Per Desember 2020, CoHive mengoperasikan 30 lokasi dengan total luas area mencapai 60.000 meter persegi di Jakarta, Medan, Yogyakarta, dan Surabaya.
5. Fabelio
Pada akhir 2021, Fabelo dikabarkan tidak membayar tunggakan gaji karyawan sejak bulan Oktober.
Perusahaan startup desain furnitur dan interior itu juga dituding belum membayar BPJS Ketenagakerjaan karyawan sejak 2020.
Kemudian pada 5 Oktober 2022, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan putusan pailit terhadap PT. Kayu Raya Indonesia atau Fabelio.
Hal itu berdasarkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST.
6. Beres.id
Startup asal Malaysia, Kaodim, menyatakan menghentikan semua operasi per 1 Juli 2022.
Penutupan tersebut juga mencakup anak usaha mereka di Indonesia yakni Beres.id.
Selain Beres.id, Kaodim juga mengoperasikan Kaodim.sg di Singapura dan Gawin.ph di Filipina yang semuanya turut ditutup.
Kaodim sendiri merupakan marketplace jasa yang menghubungkan konsumen dengan penyedia jasa servis AC, kebersihan rumah, hingga pekerja konstruksi.
Sejak berdiri pada 2015, Kaodim telah mengumpulkan pendanaan US$17,6 juta.
7. Qlapa
Qlapa tidak tutup karena pandemi melainkan lantaran tidak mampu bersaing dengan e-commerce lain seperti Tokopedia dan Bukalapak cs.
Tutup sejak 2019 lalu, Qlapa yang telah beroperasi selama hampir empat tahun memiliki misi memberdayakan perajin lokal.
Manajemen Qlapa dalam keterangannya menyampaikan terima kasih atas semua tanggapan positif dari para penjual, pelanggan, dan media.
8. Stoqo
Startup ini menjalankan usaha business to busines, yang bekerja untuk memasok bahan makanan segar seperti cabai, telur hingga ampas kopi ke gerai makanan, atau restoran.
Gegara pandemi Covid-19, Stoqo terpaksa menutup layanannya per 22 April 2020.
Sejak berdiri, Stoqo mempekerjakan sekitar 250 orang.
Startup ini juga didanai sejumlah investor termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk’s Hill Ventures.
BACA JUGA: majalah MATRA edisi Mei 2023, klik ini
[ad_2]