[ad_1]
Tembel
Bila saja pemain yang dipanggil PSSI untuk training center (TC) berdasar proses dan prosedur yang benar, tak akan ada suara ketidak puasan dari pelatih Shin Tae-yong (STy). Ucapan ketidak puasan Sty terhadap 36 pemain yang ukut seleksi itu dirilis di berbagai media nasional.
Media mengungkap, menurut STy kemampuan 36 pemain yang diseleksi tahap kedua ini masih kurang dibanding tahap pertama. Fisik mereka juga kalah. Padahal seleksi timnas U-18 ini dilakukan sebagai persiapan awal untuk tampil di Piala Dunia U-20 2023, saat Indonesia menjadi tuan rumah.
Setop seleksi timnas untuk kepentingan
Bila terbukti seleksi timnas U-18 tahap 1 dan 2 bukan pilihan STy, publik pun mahfum. Tampak jelas kegiatan TC dimanfaatkan pihak mencari keuntungan dan kepentingan.
Semisal ada kebanggaan bagi pihak yang bersinggungan ketika nama pemain yang ditawarkan dan dititipkan masuk dalam berita di media massa. Padahal mereka sendiri tahu kualitas si pemain mustahil dapat berjersey timnas.
Publik bertanya mengapa pembentukan timnas U-18 sebagai cikal bakal timnas U-20 untuk mentas di Piala Dunia, dijadikan mencari kesempatan dan keuntungan? Untuk apa TC selama tujuh hari yang membuang-buang waktu dan anggaran dilakukan bila hasilnya sudah dapat ditebak? Bahkan sejak nama pemain yang dipanggil PSSI tersiar di media massa, publik sangat tahu kualitas pemain yang namanya ada dalam daftar panggilan timnas.
Pertanyaannya, apakah anggaran untuk TC memang disponsori oleh pihak yang hanya mencari keuntungan? Hanya demi pamer dan gaya-gayaan karena nama-nama pemain yang tak layak itu masuk pemberitaan media massa karena dipanggil seleksi timnas oleh PSSI?
Bila cara ini terus dilakukan PSSI, siapa pun pelatih timnas di semua level kelompok umur sulit mengantar timnas Indonesia berprestasi di tingkat Asia dan dunia. Malah untuk tingkat Asia Tenggara saja terus tercecer.
Lebih miris, hadirnya pandemi corona dijadikan pembenaran untuk menjadikan pembentukan timnas U-18 dengan cara seleksi. Lalu, atas nama PSSI, memanggil pemain di tahap 1 dan 2 dari berbagai wadah seperti atas nama klub, asosiasi, kompetisi tertentu, sampai pemain yang tak memiliki klub dan atas nama pribadi dan lain-lain.
Bila PSSI akan membuka seleksi hingga tahap 4, publik sudah jengah dengan cara pemanggilan pemain tahap 1 dan 2. Pemanggilan tahap 3 dan 4 wajib sesuai prosedur yang benar, dan memenuhi syarat standar pemain untuk sebuah timnas. Bukan dengan model tahap 1 dan 2.
TC timnas yang benar
Kejadian TC berlabel timnas sampai membikin tak puas pelatih, di dunia ini, sepertinya hanya terjadi di Indonesia. Publik sepak bola nasional pun sangat hafal tradisi PSSI yang sepertinya masih lekat dengan adanya mafia pemain.
Akibatnya, hanya di Indonesia, masuk timnas sepak bola pakai proses seleksi. Dan seleksinya pun dalam program TC. Lucu sekali.
Bila dicari model ini di negara lain, tentu akan sulit. Pasalnya di negara mana pun, timnas dibentuk oleh pelatih dan itu bukan dalam tahap seleksi lagi. Pelatih tak ada lagi bikin program seleksi dalam TC karena sudah memilih dan menyeleksi pemain dalam ajang kompetisi. Program TC adalah pembentukan timnas dari segala aspek sesuai kebutuhan tim, target tim, calon lawan, strategi dan lainnya.
Jadi, semisal membentuk timnas senior, pelatih memantau pemain dari kompetisi domestik maupun manca negara, tempat calon pemain timnas bermain, baik di kasta tertinggi maupun kasta turunannya. Selain itu yang terpenting terpilih sesuai stadar pemain timnas dan sesuai kebutuhan pelatih.
Begitu pun untuk timnas di level umur, pemain juga wajib dipilih dari kompetisi resmi. Dalam pembentukan timnas U-18 sekarang perlu pakai acara seleksi, dan pelatih hanya disodori pemain oleh dan atas nama PSSI, sebenarnya bukan hanya sekadar alasan karena kompetisi kelompok umur belum berjalan karena alasan pandemi corona.
Sebelum pandemi corona pun, pembentukan timnas kelompok umur lebih banyak dengan cara seleksi. Sebabnya, kompetisi di kelompok umur pun belum tergarap dengan benar. Saat sudah ada kompetisi kelompok umur, pemanggilan timnas pun masih bisa diisi oleh pemain di jalur luar kompetisi resmi PSSI dan lainnya. Siapa yang bikin masalah?
Mohon dicamkan, pemain yang masuk timnas dan bergabung dalam TC itu, ya sudah timnas. Bukan seleksi lagi. Pelatih memilih dan menyeleksi pemain dalam ajang kompetisi.
Masa, TC timnas untuk seleksi pemain? Mungkin ada yang rela buang-buang duit, ya? Buat coba-coba dan cari nama? Atau ini masih ada pengaruh mafia? Itulah, berbagai chat publik yang saya terima, terkait TC timnas U-18. TC kok untuk seleksi pemain siluman?
[ad_2]
Sumber Berita