Tjiepoetat Zaman Dahulu, berasal dari dua kata, ‘Ci’ dan ‘Putat’

INDONESIANTALK.COM – Mengutip dari website Seputartangsel.com, bahwa asal nama Ciputat dari duakata, ‘CI’ yang berarti sungai dan ‘putat’ yang merupakan pohon putat.

Ciputat merupakan sebuah wilayah kecamatan yang terdapat di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Provinsi Banten.

Sebelum Banten menjadi provinsi sendiri dan Kota Tangerang Selatan diresmikan menjadi bagian dari wilayahnya pada tahun 2008, Ciputat pernah menjadi bagian dari Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1950-an.

Tercatat, sekitar tahun 1970-an wilayah tersebut pernah masuk provinsi Jawa Barat.

Dari mana asal nama Ciputat? Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan wilayah Ciputat ada.

Namun, dalam catatan sejarah Sutsch East India Company yang diungkap dalam buku “Kisah Ciputat dan Serpong Tempo Doeloe” terbitan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangerang Selatan tahun 2020, nama Ciputat sudah ada sejak zaman Belanda.

Berdasarkan catatan di atas, nama Ciputat sudah dikenal sejak tahun 1724, saat orang-orang Eropa tinggal di Batavia dan melakukan perjalanan ke daerah di sekitarnya.

Nama Ciputat atau Tjiepoetat zaman dahulu, berasal dari dua kata, ‘Ci’ dan ‘Putat’. Keduanya merupakan bahasa Sunda. Ci berarti sungai dan Putat adalah sebuah pohon dengan nama yang sama.

Jadi, Ciputat merupakan daerah yang dilalui sungai dengan banyak pohon putat di sekitarnya.

Pohon putat dalam ilmu tumbuh-tumbuhan, diketahui bernama ilmiah Planchonia Valida (Bi.) dan termasuk dalam suku Lecythidaceae.

Sesuai dengan pengelompokannya dalam taksonomi, diketahui pohon putat bisa mencapai ketinggian 50 meter dan diameter batangnya hingga 20 sentimeter.

Dilihat dari cirinya, pohon putat merupakan pohon berkayu atau berkambium sangat besar. Tajuknya berbentuk bulat dan banyak. Batangnya sendiri berwarna hijau tua dan mengkilat.

Sayangnya, menurut penelusuran pohon putat sudah tidak banyak lagi ada di Ciputat. Masyarakat zaman sekarang kebanyakan sudah tidak kenal lagi dengan pohon putat.

Nah, apakah Anda tahu sejarah mengenai Ciledug?

Dalam article sebelumnya di Indonesiantalk.com Saat Jakarta Ulang Tahun Jakarta ke 494. Disebut oleh sang motivator terkemuka, bahwa Jakarta Kota dengan jumlah Mal terbanyak.

1. *Glodok*

Asalnya dari kata Grojok yang merupakan sebutan dari bunyi Air yang jatuh pada Pancuran Air.

Di tempat itu dahulu kala ada semacam Waduk penampungan Air Kali Ciliwung.

Orang Tionghoa dan keturunannya menyebut Grojok dengan Glodok.

Karena Orang Tionghoa sulit mengucap kata Grojok seperti layaknya Orang Pribumi.

2. *Kwitang*

Dulu di wilayah tersebut sebagian Tanah dikuasai dan dimiliki oleh Tuan Tanah yang sangat kayaraya bernama *Kwik Tang Kiam*.

Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai Kampung si Kwi Tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai Kwitang.

3. *Senayan*

Dulu daerah Senayan adalah milik seorang yang bernama Wangsanayan yang berasal dari Bali.

Tanah tersebut disebut Orang-orang dengan sebutan Wangsanayan yang berarti Tanah tempat tinggal atau Tanah milik Wangsanayan.

Lambat laun akhirnya Orang menyingkat nama Wangsanayan menjadi Senayan.

4. *Menteng*

Daerah Menteng Jakarta Pusat pada jaman dahulu kala merupakan Hutan yang banyak Pohon dan Buah-buahan.

Karena banyak Pohon Buah Menteng maka Orang menyebut wilayah tersebut dengan nama Kampung Menteng.

Setelah Tanah itu dibeli oleh Pemerintah Belanda Tahun 1912 sebagai lokasi perumahan Pegawai Pemerintah Hindia Belanda, maka daerah itu di sebut *Menteng*.

5. *Jl. Jaksa*

Jalan yang berada di daerah Jakarta Pusat ini menjadi pusatnya Orang Asing yang tinggal di Jakarta.

Tapi dahulu kala tempat ini banyak sekali kos-kosan yang ditempati oleh Pelajar-pelajar Indonesia yang sekolah Hukum Belanda.

6. *Matraman*

Dahulu kala merupakan home basenya Sultan Agung yang mau menyerang Batavia.

Karena  Sultan Agung dari Mataram maka tempat tersebut di kenal dengan Mataraman dan lama-lama sebutan tersebut menjadi Matraman.

7. *Karet Tengsin*

Dahulu kala tempat ini adalah Perkebunan Karet milik etnis Tionghoa bernama Tieng Shin.

Karena Orang Pribumi susah menyebutnya jadi *Tengsin* saja.

8. *Kuningan*

Dulunya adalah tempat menetapnya seorang Pangeran dari Cirebon bernama *Pangeran Koeningan*.

9. *Buncit*

Dahulu di jalan Buncit Raya ada seorang Pedagang kelontong etnis Tionghoa berperut gendut (buncit) yang sangat terkenal.

10. *Bangka*

Dahulu disana banyak ditemukan mayat (bangke/ bangkai) Orang yang dibuang ke Kali Krukut.

11. *Cilandak*

Konon disana pernah ditemukan se-ekor *Landak raksasa*.

12. *Tegal Parang*

Disana dulu banyak ditemukan Alang-alang Tinggi (Tegalan) yang dipotong dengan Parang (Golok).

13. *Blok A/M/S*

Dulunya sekitar itu tempat pembukaan perumahan baru yang ditandai dengan blok.

Mulai A-S.

Sayang yang tersisa hanya 3 blok saja.

14. *Pasar Rumput*

Dulunya tempat berkumpulnya Tukang Rumput yang menjual untuk kalangan Meneer Belanda yang tinggal di Kampung Elit Menteng.

15. *Kalimalang*

Karena Kali atau Sungai yang mengalir di sepanjang jalan tersebut tidak mengarah ke Laut (Utara), melainkan kearah Barat (silang atau malang).

16. *Lebak Bulus*

Dahulu kala disini jadi sentral penjual Penyu atau Kura-kura yang di jajakan di kolam-kolam.

Lebak artinya kolam.

Bulus artinya Penyu atau Kura-kura.

17. *Boplo*

Berlokasi di belakang Stasiun Gondangdia, Menteng.

Dahulu kala tempat ini adalah Tanah Perusahaan Kontraktor Belanda NV De Bouwploeg.

18. *Kampung Ambon*

Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur nama Kampung Ambon sudah ada sejak Tahun 1619.

Pada waktu itu JP Coen sebagai Gubernur Jendral VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris.

Untuk memperkuat Angkatan Perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan Tentara.

Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.  Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan *Kampung Ambon*.

19. *Sunda Kelapa*

Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah Pelabuhan di Teluk Jakarta.

Nama Kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada Tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental.

Dalam Buku tersebut disebutkan bahwa nama Pelabuhan itu adalah Kelapa.

Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan *Kerajaan Sunda* maka kemudian Pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.

20. *Pondok Gede*

Sekitar Tahun 1775 lokasi ini merupakan lahan Pertanian dan Peternakan yang disebut Onderneming.

Disana terdapat sebuah Landhuis atau Rumah besar tempat tinggal sekaligus tempat mengurus Usaha Pertanian dan Peternakan milik Johannes Hoojiman.

Karena merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada dilokasi tersebut Masyarakat Pribumi menyebutnya *Pondok Gede*.

21. *Pasar Senen*

Pasar Senen pertama kali di bangun oleh Justinus Vinck.

Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser (pasar Vinck).

Tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser di buka hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen (disesuaikan dengan kebiasaan Orang-orang yang lebih sering menyebut Senen ketimbang Senin).

Namun seiring kemajuan dan pasar Senen semakin Ramai, maka sejak Tahun 1766 pasar ini pun buka pada hari-hari lain.

22. *Kebayoran*

Kebayoran berasal dari kata Kebayuran yang artinya : Tempat penimbunan Kayu Bayur.

Kayu Bayur yang sangat baik untuk di jadikan Kayu bangunan karena kekuatannya serta tahan terhadap Rayap.

23. *Kebagusan*

Nama Kebagusan, daerah yang menjadi tempat hunian mantan Presiden Megawati berasal dari nama seorang Gadis jelita, *Tubagus Letak Lenang*.

Konon kecantikan Gadis keturunan Kesultanan Banten ini membuat banyak Pemuda ingin meminangnya.

Agar tidak mengecewakan Hati Pemuda itu ia akhirnya memilih bunuh diri.

Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama *Ibu Bagus*.

24. *Ragunan*

Berasal dari Wiraguna yaitu gelar yang disandang Tuan Tanah Pertama kawasan tersebut bernama Hendrik Lucaasz Cardeel yang di perolehnya dari Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng Tirtayasa.

25. *Paal Meriam*

Asal usul nama daerah yang berada di perempatan Matraman dengan Jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar Tahun 1813.

Pada waktu itu Pasukan Altileri Neriam Inggris yang akan menyerang Batavia mengambil daerah itu untuk meletakkan Meriam yang sudah siap di tembak kan.

Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi Masyarakat sekitar dan menyebut nama daerah ini *Paal Meriam* (tempat meriam dipersiapkan).

26. *Cawang*

Dahulu kala ketika Belanda berkuasa ada seorang Letnan Melayu yang mengabdi pada Kompeni bernama Ence Awang.

Letnan ini bersama Anak buahnya bermukim dikawasan yang tak jauh dari Jatinegara.

Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi *Cawang*.

27. *Condet* (Batu Ampar & Bale Kambang)

Pada jaman dahulu ada sepasang Suami Istri namanya pangeran Geger dan Nyai Polong.

Mereka memiliki beberapa Orang Anak.

Salahsatu Anaknya Perempuan diberi nama Siti Maemunah terkenal sangat cantik.

Pangeran Astawana, Anak Pangeran Tenggara atau Tonggara asal Makassar pun tertarik melamarnya.

Siti Maemunah meminta di bangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan diatas empang, dekat Kali Ciliwung yang harus selesai dalam Satu Malam.

Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale dipinggir Kali Ciliwung.

Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga Pangeran Tenggara dibuat lah jalan yang diampari (dilapisi) batu.

Demikian menurut cerita, tempat yang di lalui jalan yang di ampari batu disebut *Batu Ampar* dan Bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas Air itu disebut *Balekambang*.

28. *Depok*

Dahulu tempat ini sebagai Depo Kereta Api (garasi)

29. *Bintaro*

Karena Perumahan Bintaro dan sekitarnya memang bayak ditumbuhi pepohonan yang bernama Bintaro dan Buahnya sering dikonsumsi Masyarakat setempat.

30. *Petamburan*

Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatar belakangi penamaan daerah ini.

Peristiwa itu meninggalnya seorang penabuh tambur daerah di daerah ini dan dimakamkan di bawah Pohon Jati. Sehingga nama Kampung ini sebenarnya *Jati Petamburan*.

31. *Gondangdia*

Ada beberapa versi asal penamaan Gondangdia.

– Versi pertama, Gondangdia berasal dari nama pengembang yang ditunjuk Belanda untuk membangun kawasan Menteng, Yaitu NV Gondangdia.

– Versi kedua, berasal dari nama Kakek yang terkenal dan di segani di Kampung tersebut.

Kakek tersebut sering disebut Kyai Kondang.

Karena terkenal, nama Kyai itu sering disebut-sebut dan dikaitkan dengan nama daerah tersebut.

Akhirnya nama tersebut dikenal *Gondangdia* (Kakek dia yang tersohor).

32. *Petojo*

Berasal dari nama seorang Pimpinan Orang-orang Bugis, yang pada Tahun 1663 diberi Hak Pakai kawasan tersebut bernama *Aru Petuju*.

Oleh Betawi Petuju diucapkan *Petojo*.

33. *Krukut*

Asal usul nama Krukut mempunyai beberapa versi.

– Versi pertama, krukut berasal dari Sindiran yang diberikan pada Orang yang hidupnya sangat hemat atau pelit (Krokot).

Orang Betawi menyebut Orang-orang Arab yang banyak tinggal di Kampung tersebut dengan Krukut, merubah kata Krokot menjadi Krukut.

– Versi kedua, berasal dari bahasa Belanda *Kerkhof* yang berarti *Kuburan*.

Pada masa lalu Kampung tersebut memang merupakan tempat Kuburan Orang-orang Betawi.

34. *Pinangsia*

Nama jalan didekat pertokoan Glogok ini berasal dari bahasa Belanda Financien yang artinya Keuangan.

Ada juga yang mengatakan tempat ini dahulu ada Department van Financien alias Departemen Keuangan.

Oleh lidah Orang Betawi, kata Financien berubah menjadi *Pinangsia*.

35. *Kali Angke*

Kata Angke berasal dari bahasa Cina.

Ang = Darah

Ke = Sungai.

Kata ini didasarkan pada peristiwa pembantaian Orang-orang etnis Cina oleh Belanda di Tahun 1740.

Mayat Orang-orang Cina yang bergelimpangan dihanyutkan di Kali yang ada di dekat peristiwa itu.

Sehingga Kali yang penuh dengan Mayat itu berganti nama dengan Kali Angke.

Sebelum peristiwa tersebut terjadi, kampung tersebut bernama Kampung Bebek, hal ini dikarenakan orang Cina yang tinggal dikawasan tersebut banyak yang berternak Bebek.

36. *Pluit*

Sekitar Tahun 1660 di Pantai sebelah Timur Muara Kali Angke diletakkan sebuat *Fluitschip* (Kapal panjang ramping) bernama Het Witte Paert yang tidak layak melaut.

Kapal ini digunakan menjadi kubu pertahanan untuk membantu Benteng Vijhoek yang terletak dipinggir Kali Grogol, sebelah timur Kali Angke, dalam menanggulangi serangan-serangan sporadic yang dilakukan oleh Pasukan bersenjata Kesultanan Banten.

Kubu tersebut dikenal dengan sebutan *De Fluit*.

37. *Marunda*

Marunda berasal dari kata *merendah*.

Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli disini memang baik Hati, menjauhi sifat sombong yang di larang Agama.

38. *Tanjung Priok*

Nama Tanjung Priok diambil dari nama seorang penyebar Agama Islam dari Palembang dengan sebutan Mbah Periuk yang membawa *Periuk Nasi* sisa perjalanan dari Palembang.

39. *Gang Wedana

Lokasinya ada di sebelah kiri jalan, kalau kita dari arah Kampung Melayu menuju Cawang. Dinamakan seperti itu karena dulu ada seorang Wedana yg tinggal disana dan beliau adalah Achmad Probonegoro, ayahnya mami  mertua dan Eyangnya suami Mbak Ria Cai.

40. *Taman Anggrek*

Berawal dari keinginan bu Tien untuk mengambil kebon anggrek milik juragan tanah Sunda bernama Rasman, yang dikenal oleh orang-orang setempat dengan nama Haji Rasman, karena dia memiliki tanah berhektar-hektar di cipete, jadi bu Tien mengambil bunga-bunga anggrek tersebut dengan niat membeli, dan dipindahkan ke daerah jakarta barat yang pada akhirnya daerah tersebut dikenal dengan nama Taman Anggrek, dan kemudian pada Agustus 1996 didirikan Mal Taman Anggrek, yang merupakan salah satu mal terbesar di Asia Tenggara pada masanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »