“Peripartum Cardiomyopathy” – Berita Kesehatan, Tips dan Artikel Medis Indonesia – Kanal-Kesehatan.com – HEALTHNEWS MAGAZINE

[ad_1]




Post Views:

21

Deteksi Penyakit Jantung pada Kehamilan : “Peripartum Cardiomyopathy”

Penulis : dr. Yusra Pintaningrum, SpJP(K), FIHA, FAPSC, FAsCC, FAPSIC

Kanal-Kesehatan.com – Perempuan itu unik dan misterius. Begitu juga penyakit jantung pada perempuan, sering kali terlambat terdeteksi, bisa karena perempuan terbiasa multitasking dan mengabaikan keluhannya, atau malah overthinking yang dianggap berlebihan oleh orang sekitarnya. Diagnosis penyakit jantung memang beragam, memerlukan pemeriksaan penunjang, dan penanganan yang tepat. Dalam rangka Go Red For Women yang jatuh pada bulan Februari, kembali kita meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan jantung pada perempuan.

Akhir-akhir ini, beberapa kali saya mendapatkan perempuan muda yang merasa kelelahan setelah melahirkan. Keluhan ini seringkali dianggap wajar, apalagi jika baru memiliki anak pertama dan belum beradaptasi, dianggap pula baby blues, merasa uring-uringan dan cepat lelah. Setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan ternyata perempuan tersebut menderita peripartum cardiomyopathy (PPCM).

Apa itu Peripartum Cardiomyopathy (PPCM)?
PPCM adalah terjadinya pembengkakan dan kelemahan otot jantung disertai gangguan fungsi pompa jantung, tanpa penyebab lain (Ejection Fraction/ EF < 45%) yang dapat mengakibatkan gagal jantung. PPCM muncul pada bulan terakhir kehamilan hingga 5 bulan setelah persalinan. Angka kejadian PPCM bervariasi di seluruh dunia, data penelitian salah satu rumah sakit di Asia Tenggara menunjukkan insidennya 0,89 dari 1000 persalinan. Penelitian di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung, 26,23% perempuan dengan kehamilan atau post partum mengalami PPCM dengan komorbid rata-rata usia di atas 30 tahun, multipara (perempuan yang melahirkan lebih dari satu kali), dan preeklamsia.

Pada kehamilan kembar dilaporkan mengalami PPCM antara 7-14,5%.

Apa saja yang menyebabkan PPCM?
Kebanyakan memang idiopatik atau tidak diketahui jelas penyebabnya. Namun PPCM banyak terjadi pada usia ibu yang lebih tua, riwayat gangguan jantung, paparan racun seperti alkohol atau kemoterapi, tekanan darah tinggi, kehamilan kembar, dan nutrisi yang buruk.

Hipertensi dan preeklamsia dapat menyebabkan gagal jantung yang menjadi faktor kemungkinan seorang perempuan mengalami PPCM. Kehamilan kembar dilaporkan mengalami PPCM antara 7-14,5%.

Bagaimana gejala PPCM?
Sebenarnya gejalanya bisa mirip dengan gejala perempuan saat hamil yang seringkali kelelahan. Namun PPCM biasanya menyebabkan gagal jantung. Ini terjadi karena jantung tidak bekerja sebagaimana mestinya dan gagal memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Perempuan yang mengalami PPCM sering sesak nafas saat berbaring atau beraktifitas, dan merasa lebih enak duduk karena terjadi penumpukan cairan di paru-paru. Juga mengeluh adanya pembengkakan di kaki dan perut. Keluhan ini disertai denyut jantung yang cepat dan kadang tidak normal.

 PPCM Dapat Diobati
Jika seorang perempuan terdapat keluhan seperti diatas, segera konsultasi ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Diagnosis tegak PPCM adalah dengan ekhokardiografi (USG Jantung). Tujuan pengobatan PPCM adalah untuk menjaga agar cairan tidak terkumpul di paru-paru dan membantu jantung pulih semaksimal mungkin, serta untuk meningkatkan kualitas hidup. Dokter akan meresepkan beberapa golongan obat yang lebih aman bagi perempuan yang hamil dan menyusui. Pemulihan biasanya terjadi 3 hingga 6 bulan paska persalinan. Sebanyak 30-50% penderita PPCM bisa sembuh.

Apabila PPCM terlambat diobati, maka bisa terjadi komplikasi baik pada ibu seperti gangguan irama jantung, tromboemboli (bekuan darah pada rongga jantung yang bisa lari ke otak), dan gagal jantung yang makin parah. Juga bisa terjadi komplikasi pada janin seperti pertumbuhan janin yang terhambat.

Apakah penderita PPCM bisa hamil lagi?
Penderita yang baru saja didiagnosis PPCM, sebaiknya menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi. Intrauterine device (IUD) merupakan salah satu kontrasepsi yang efektif dan aman kecuali pada perempuan dengan riwayat penyakit jantung bawaan.  Pil progesterone (mini pill) merupakan kontrasepsi hormonal yang paling aman digunakan pada hampir semua pasien dengan penyakit jantung, meskipun tingkat keberhasilan pil ini tidak setinggi pil kombinasi. Efek samping pada pil progesterone ini adalah menstruasi yang tidak teratur dan bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya menstruasi. Pilihan lain yang cocok untuk perempuan dengan penyakit jantung adalah sterilisasi Metode Operasi Wanita (MOW).

Perempuan dengan PPCM memiliki risiko untuk terjadi PPCM berulang pada kehamilan berikutnya.

Perempuan dengan PPCM memiliki risiko untuk terjadi PPCM berulang pada kehamilan berikutnya. Konseling pra konsepsi dan monitoring sangat penting antara pasien, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, serta dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Apabila kondisi fungsi pompa jantung normal (EF >50%) selama 1 tahun dan tanpa keluhan, bisa dipertimbangkan untuk hamil kembali, tentunya dengan kemungkinan risiko yang bisa berulang dan harus dipahami oleh pasien dan keluarga. Penghentian obat pun tidak bisa dilakukan tiba-tiba, harus diturunkan dosis secara bertahap dan dimonitor ketat oleh dokter.

Deteksi dini dan penanganan segera penyakit jantung pada perempuan penting, untuk mencegah perburukan penyakit. Dukungan keluarga dan orang-orang tersayang sangat penting untuk bisa mengatasi penyakitnya. Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat pula teratasi.

Tetap semangat para perempuan, kesehatan sangatlah penting. Sumbangsih pikiran dan tenaga perempuan diperlukan, untuk keluarganya, lingkungan sekitar, bahkan untuk bangsa dan negara.

 

 

dr. Yusra Pintaningrum, SpJP(K), FIHA, FAPSC, FAsCC, FAPSIC)* Ketua Pokja Women Cardiology Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
RSUD Provinsi NTB

 

 

 

REFERENSI
American Heart Association. 2022. Peripartum Cardiomyopathy. Avaliable at:

https://www.heart.org/en/health-topics/cardiomyopathy/what-is-cardiomyopathy-in-adults/peripartum-cardiomyopathy-ppcm

Davis M, Arany Z, McNamara D, et al. Peripartum Cardiomyopathy. J Am Coll Cardiol. 2020 Jan, 75 (2) 207–221. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2019.11.014

Lee, Yi Zhen Joan & Judge, Daniel. (2017). The Role of Genetics in Peripartum Cardiomyopathy. Journal of Cardiovascular Translational Research. 10. 10.1007/s12265-017-9764-y.

Odriguez Ziccardi M, Siddique MS. Peripartum Cardiomyopathy. [Updated 2022 Jul 19].

In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.

Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482185/

Sliwa, K., Petrie, M.C., Hilfiker-Kleiner, D., Mebazaa, A., Jackson, A., Johnson, M.R., van der Meer, P., Mbakwem, A. and Bauersachs, J. (2018), Long-term prognosis, subsequent pregnancy, contraception and overall management of peripartum cardiomyopathy: practical guidance paper from the Heart Failure Association of the European Society of Cardiology Study Group on Peripartum Cardiomyopathy. Eur J Heart Fail, 20: 951-962. https://doi.org/10.1002/ejhf.1178

 

 

 

 

 

 

 

 


[ad_2]

Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »