Memilih Bahan Bakar Ramah Lingkungan untuk Pembangkit Listrik ala Kawasan Industri Morowali – Peristiwa

[ad_1]

Sebagai bahan bakar utama pembangkit tenaga listrik, batu bara menjadi kebutuhan primer kawasan industri.

Namun, batu bara kini dinilai sudah tidak ramah lingkungan. Butuh sebuah energi baru terbarukan sebagai solusinya. Seperti yang tengah direncanakan salah satu pelaku industri Tanah Air, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Peduli akan keberlangsungan kehidupan dan lingkungan sekitar, tenaga surya diyakini sebagai pengganti batu bara untuk pembangkit listrik.

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diketahui akan berkapasitas 150 megawatt (MW) akan secara bertahap menggantikan batu bara sebagai sumber energi utama untuk kegiatan produksi di kawasan IMIP.

Diungkap oleh CEO PT IMIP, Alexander Barus, untuk pembangunan PLTS, perusahaannya telah menyediakan lahan 150 hektar (ha) guna mewujudkan penyediaan listrik dari tenaga yang lebih ramah lingkungan.

IMIP harus segera berbenah persoalan pembangkit listrik. Karena maklum saja, kawasan industri ini memiliki 3 klaster utama produksi yang sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan industri negara hingga ekspor.

Cluster pertama adalah cluster pemrosesan besi tahan karat dengan total produksi mencapai 3 juta metrik ton (MT) per tahun. Kedua, ada klaster baja karbon yang memproduksi baja dengan kapasitas produksi 3.5 metrik ton per tahun.

Dan klaster terakhir, yang membuat Indonesia mulai menjajaki kesempatan menjadi produsen kendaraan listrik dunia yaitu klaster baterai untuk kendaraan listrik (EV). Klaster ini akan dihuni oleh 4 perusahaan yang mengolah nikel sulfida dan nikel kobalt menjadi katoda baterai kendaraan listrik dengan total produksi ditargetkan mencapai 240.000 metrik ton per tahun. Jumlah tersebut bisa memenuhi seperempat kebutuhan dunia di masa depan jika kebutuhan  menyentuh angka 1 juta metrik ton.

Dengan begitu banyaknya kegiatan produksi yang vital di IMIP, maka dibutuhkan bahan bakar yang ramah lingkungan untuk menggerakan pembangkit listrik sekaligus untuk mendukung program Indonesia yang kini sudah mulai menerapkan EBT (energi baru terbarukan). Proyek PLTS yang ditargetkan akan berjumlah sebanyak 23% pada 2025.



[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »