Memaknai Agama, Menurut Perspektif Jawa – Analisis

Oleh: M. Nur Kholis Al Amin

Agama merupakan satu frase kata dengan sejuta makna. Para ilmuwan telah berusaha secara mendalam untuk mendefinisikan kata agama.

Namun, penjabaran tentang definisi agama yang tidak mudah dirangkaikan dalam sebuah kalimat dengan kata sepakat bagi semua golongan.

Agama, sebuah kata yang dapat membawa kita ke kehidupan batin dan dhohir sebagai manusia yang berinteraksi (berhubungan) dengan Sang Pencipta, lingkungan sosial, dan lingkungan dengan berbagai aturan yang telah ditetapkan oleh-Nya melalui utusan-Nya yang tercatat dalam kitab suci.

Dengan demikian, unsur keyakinan/keyakinan terhadap kekuasaan Yang Mahakudus tertanam dalam diri pribadi umat beragama.

Unsur kepercayaan yang membuat umat beragama menaati aturan kitab suci atau aturan alam dalam menjaga stabilitas ketertiban hidup (kosmos) melalui ritual (baca: ibadah) sebelum terjadi gangguan (chaos).

Bagi orang awam –seperti saya–mungkin tidak begitu mementingkan definisi yang njlimet; tentang apa itu agama, namun kiranya sedikit mengerti definisi agama juga penting untuk saya ketahui, sebagaimana terdapatnya unsur-unsur agama yang telah terangkum dalam rangkaian kalimat di atas.

Adanya kepercayaan tentang keberadaan Yang Maha Suci (beliefe), rasul (leader/utusan), teks (Kitab suci), ritual (Ibadah), aturan (moral), sejarah (history), art (identitas) dan tujuan untuk mencapai kedamaian, ketentraman dan kesempurnaan. Itu smeua bukan sebagai suatu hal yang dipertetangkan (karena menyangkut percaya/ iman).

Seyogyanya agama merupakan suatu substansi nilai-nilai ajaran akhlak yang harus diaplikasikan dalam kehidupan di dunia ini untuk menggapai ridho Tuhan. sehingga, sebagian masyarakat Jawa memahami agama sebagai suatu agama (pakaian, bahasa Indonesia), yang seharusnya dipakai/ diamalkan aturan-aturannya, dan tidak hanya sebatas dipajang/ dipertontonkan saja.

Sejauh manakah beragama kita ketika dilihat dalam sudut pandang budaya Jawa tersebut? Masih jauhkan dari aplikasi ajaran-ajarannya dalam kehidupan keseharian kita?

Atau masihkah kita hobi untuk menyalahkan yang berbeda? Berbeda pendapat, berbeda ideologi, bahkan berbeda cara membaca.

Sudahlah, akhiri saja saling mencerca kepada yang berbeda. Dan akhirnya semoga semua mahkluk berbahagia dan penuh kedamaian. Dengan demikian, keberadaan agama mampu merahmati seluruh makhluk hidup di dunia. Amin

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »