Mahasiswa Unej Dorong Semangat Pelaku Usaha Tempe agar Tetap Berjaya di Masa Pandemi – Peristiwa

[ad_1]

Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang merupakan desa yang tentram. Mata pencaharian masyarakat sebagian besar sebagai petani sayur dan usaha rumahan. Peserta KKN Kembali ke Desa 3 Universitas Jember 2021, Tanjung Pramitasari dengan DPL Bekti Palupi, S.T., M.Eng., memilih Desa Kebonagung sebagai sasaran KKN untuk mengabdi kepada penduduk sekitar. Sasaran yang dipilih adalah pelaku usaha tempe murni yang telah dikenal penduduk sekitar, yaitu Tempe Murni Barokah milik Bapak Kabul.

Mengapa tempe beliau  ini sangat digemari masyarakat? Karena rasa tempenya enak dan gurih dan sangat alami tanpa campuran apapun. Karena pembuatannya pun hanya dua bahan saja, yaitu kedelai Grade A dan ragi, pengelolaannya pun sangat-sangat bersih menjadikan tempe murni Barokah banyak disukai oleh masyarakat sekitar khususnya masayarakat Desa Kebonagung itu sendiri.

Selain masyarakat mereka menggiling atau bahasa kerennya pengusaha keliling kampung selalu tengkulak tempenya Bapak Kabul. Harga umum hanya diberi dengan harga dua ribu rupiah saja. Kalau untuk mereka menggiling diberi harga berkurang lima ratus rupiah yaitu seribu lima ratus rupiah.

Usaha tempe Bapak Kabul ini telah berjalan empat tahun lebih yang sudah melewati jatuh bangun kehidupan dalam berbisnis. Omset yang diraih dalam berwirausaha tempe ini ratusan ribu lebih dan itu selalu stabil di setiap harinya. Beliau bahkan dapat  memperkerjakan empat orang untuk membantu usaha miliknya.

Di saat pandemi Covid-19 datang di sekitar Bulan Maret 2020 sampai sekarang usaha tempe murni beliau ini merosot jauh. Lihat saja sebelum pandemi, beliau membeli bahan baku si kedelai Grade A bisa satu kwintal sampai dengan satu setengah kwintal.

Setelah pandemi datang belaiau hanya membeli enam puluh kilogram dan bisa membeli sampai lima puluh kilogram, sekarang pula juga hanya memperkerjakan satu orang pekerja. Itu saja juga tempenya ada yang tidak habis terjual. Tempe tidak dapat tahan terlalu lama paling bagus pun hanya satu minggu.

Namun beliau beruntung memiliki istri yang cerdas dan inovatif yaitu Bu Mistatik yang dapat berinovasi dan kreatif mengelola tempe tersebut menjadi tempe kering. Tempe yang tidak laku tiga sampai empat hari itu di potong-potong tipis dan kecil lalu di keringkan di terik matahari yang panas agar kering dan dapat dijadikan sebagai keripik dan Alhamdulillah ada yang membeli. Karena ada saja yang membeli untuk bahan dasar keripik tempe baik untuk dijual kembali atau sekedar menjadi konsumsi pribadi.

Namun hal tersebut tidak berangsur lama karena Bapak Kabul tidak mau terpacu dengan hal itu. Belaiau terhambat pada pemasaran yang hanya monoton pada dua pilihan, jika tidak dari konsumen sekitar Desa Kebonagung atau desa-desa terdekat di sekitarnya dan terpaku dari datangnya si mereka menggiling. Jadi, Tanjung sebagai pelaksana KKN Kembali ke Desa 3 UNEJ 2021 bergandeng tangan dan memberi semangat pada penjualan tempe murni Barokah milik Bapak Kabul. Tak hanya itu pula, berpikir inovatif juga agar selalu bersemangat dalam keadaan apapun. Di masa seperti ini memang wajib bertahan dan berpikiran terbuka agar pola pemasaran jadi berkembang dan pastinya  efektif namun bisa meningkatkan penjualan serta pendapatan tempe murni Barokah ini.



[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »