Mahasiswa KKN Unej Ajak Pelaku UMKM Tembakau dan Katering Kembangkan Produk dan Lakukan Penjualan Secara Digital. – Peristiwa

[ad_1]

Penulis Indonesiana

Bergabung Sejak:
18 jam lalu


2 jam lalu

  • Peristiwa
  • Berita Utama
  • Dibaca : 15 kali

    Situbondo, 3 September 2021 – Kasus Pandemi Covid-19 yang tak kunjung pulih, tentunya menjadi salah satu hal yang sangat memukul masyarakat setempat. Di Desa Bletok banyak masyarakat yang mengeluh akibat dampak yang terjadi khususnya pelaku usaha UMKM yang dibuat gulung tikar karena sumber mata pencahariannya mengalami deflisit alias tekor. Penjualan mereka menurun disebabkan dampak pandemi. Kondisi seperti ini jika dibiarkan terus menerus tentu akan memiliki dampak yang sangat fatal baik itu bagi pelaku UMKM dan kemungkinan berakibat terhadap pincangnya perekonomian Indonesia.

    Dalam penanganan kasus seperti ini, salah satu universitas yang ada di kawasan Jawa Timur, yaitu Universitas Jember, menyulurkan tangan untuk tetap membantu masyarakat yang terkena dampak di masa pandemi ini dbengan menyelenggarakan program KKN BTV III (Back to Village ke III) dengan berbagai program tematik yang diluncurkan ke tiap-tiap mahasiswa, salah satunya “Program Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat terdampak Covid-19”, yang berfokus terhadap UMKM. Tujuan program ini adalah membantu memulihkan dan mengembangkan UMKM yang terletak dilokasi mahasiswa itu bertempat tinggal.

    Zainul Qutsy selaku mahasiswa yang melaksanakan kegiatan KKN BTV III melakukan kegiatan yang berlokasi di Desa Bletok, Kecamatan Bungatan, kabupaten Situbondo. Di kawasan ini tidak sedikit pelaku usaha yang terdampak pandemi Covid-19, seperti usaha jual beli tembakau milik ibu Miftah  dan usaha kasa Katering kue milik ibu Wiwid. Beliau menyatakan bahwa semenjak ada pandemi seperti ini, hasil dari penjualan dagangan nya sangat menurun drastis.

    Bahkan, Ibu Wiwid selaku pemilik usaha katering kue juga mengungkapkan bahwa sebelum pandemi biasanya selain menunggu pesanan kue, beliau berjualan dagangan andalannya yaitu stick ladrang sukun. Beliau berjualan di salah satu kawasan wisata yang ada di Situbondo, yaitu Pantai Bletok. “Biasanya tidak sampai sore ladrang sukun yang saya jual itu sudah habis. Bahkan saya tambahkan jumlah dagangannya juga bisa laku semua. Tetapi sejak ada corona ini saya tidak bisa lagi berjualan di sore hari karena biasanya pengunjung sepi dan daganganan saya tidak laku,” ujar ibu Wiwid.

    Dari keluhan tersebut, maka dilakukan pemberdayaan terhadap kedua UMKM yaitu dengan merekonstruksi produk serta melakukan penerapan sistem penjualan yang baru menuju sistem yang lebih milenial. Seperti pemberian merek dan mengubah kemasan menjadi produk yang tahan lama. Selain itu juga menerapkan penjualan di E-market seperti di Facebook, Whatsapp, dan Instagram. Tujuannya adalah agar produk yang akan dijual mempunyai identitas dan mudah dikenal oleh masyarakat. Serta memudahkan pembeli dalam menjangkau kedua produk ini.



    [ad_2]

    Sumber Berita

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Translate »