LONG Covid identik terjadi pada pasien Covid-19 gejala sedang hingga kritis. Tapi, tahukah Anda bahwa pasien Covid-19 gejala ringan juga tetap berpotensi long covid? Kenapa begitu?
Diterangkan Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), hingga saat ini sejatinya tidak ada teori mutlak yang menjelaskan kenapa pasien Covid-19 bisa mengalami long covid.
Tapi, ada beberapa hipotesis, mulai dari inflamasi sistemik hingga hipoksia kronik. Namun, alasan inflamasi sistemik paling cukup berarti.
“Sampai hari ini belum ada suatu penjelasan yang sangat akurat apa yang menyebabkan pasien Covid-19 mengalami long covid. Namun, para pakar banyak yang mengarah pada teori inflamasi sistemik yang mana tubuh pasien Covid-19 mengalami infeksi menyeluruh di seluruh tubuh,” terang dr Agus di Webinar, Senin (18/7/2022).
Proses infeksi terjadi baik pada level ringan maupun berat. Karena adanya inflamasi menyeluruh tersebut, makanya pada banyak kasus pasien Covid-19 itu mengalami gejala seperti pegal-pegal, tulang linu, sakit kepala.
Itu, kata dr Agus yang juga merupakan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), merupakan ‘ulah’ virus dan merupakan bentuk pertahanan alami tubuh dalam upaya melawan virus tersebut. “Itu respons tubuh terhadap serangan virus,” terangnya.
Nah, pada kasus pasien Covid-19 gejala ringan, gejala yang kerap muncul adalah fatigue atau kelelahan. Gejala tersebut terjadi akibat virus menyerang neuromuskular yang menyebabkan kelelahan menyeluruh.
“Sayangnya, pada pasien Covid-19 gejala ringan, gejala tersebut bertahan sekalipun sudah dinyatakan negatif Covid-19. Artinya, sekalipun dia sudah negatif, tapi ada gejala yang bertahan, kondisi kesehatannya belum normal,” ungkap dr Agus yang juga Direktur Utama RSUP Persahabatan.