[ad_1]
Sesaat setelah berbagi artikel yang saya tulis via WhatsApp (wa) kepada Direktur Teknik (Dirtek) PSSI, Indra Sjafri, Selasa malam (21/9/2021) menyoal 3 pelatih asing yang melakukan komunikasi kritik dan sanggahan tentang pemanggilan pemain timnas senior, namun komunikasi baru di media massa dan media sosial (medsos), Indra mengungkapkan bahwa beliau senang ada komunikasi antara pelatih timnas dengan pelatih klub.
Saya pun menimpali. Bahwa itu bagus, sebab dapat diteladani oleh Indonesia yang lain. Namun, Indra menambahkan bahwa ada forum diskusi pelatih lokal, tetapi mengapa tak diekspos? Pertanyaan Indra ini pun saya jawab, mungkin media massa tak mengekspos karena beberapa hal atau memang mengeksposnya nanti-nanti. Artinya, sesuai kemenarikan.
Ada forum pelatih
Atas kejadian komunikasi berupa kritik dari 2 pelatih asing dari klub Liga 1 kepada pelatih asing timnas. Pelatih timnas pun merespon kritik dengan membalasnya via medsos bernama Instagram, Indra menyorot bahwa hal itu kurang arif.
Akan lebih arif bila komunikasi antar pelatih timnas dengan pelatih klub dilakukan secara langsung, bukan melalui media massa, apalagi medsos. Indra meneruskan, di dunia kepelatihan di mana pun terbuka saling komunikasi. Saling sharing dan bertukar ide. Karenanya, sebelumnya Indra sudah menyarankan agar di buat grup komunikasi dengan pelatih klub.
Sehingga apa yang dilakukan Milo dan Munster yang membawa aspirasi klub tidak perlu bicara di publik melalui media massa. Pun pelatih timnas tidak perlu membalas melalui medsos.
Saya pun berharap apa yang disampaikan Indra dapat segera terealisasi dan tersosialisasi. Pasalnya, pelatih timnas dan pelatih klub adalah partner. Komunikasi yang benar dan baik di media yang juga benar, akan membikin iklim timnas yang kondusif.
Masalah internal timnas, tidak harus menjadi konsumsi publik, selagi persoalannya wajar dan realistis. Terlebih, menyangkut timnas senior, publik juga sudah mengetahui bahwa pemain-pemain yang dipanggil ke Training Center (TC) benar-benar murni hasil pengamatan dan pilihan Shin Tae-yong (STy). Berbeda dengan panggilan pemain U-18 yang disodorkan ke STy, seleksi tetapi di TC. Meski sudah sampai seleksi tahap 3, belum ada yang berlabel pemain timnas. Ini perbedaannya.
Di dunia mana pun, TC timnas itu memang tempat pemain yang sudah dilabeli layak menjadi pemain timnas dan tempat membentuk timnas, bukan tempat untuk seleksi pemain menuju timnas. Bila TC timnas senior diisi oleh lebih dari 36 pemain, maka pelatih memiliki keleluasaan membentuk tim yang diimpikannya.
Dirtek dari 34 Asprov
Terkait masalah komunikasi pelatih timnas dan klub yang belum menggunakan ruang yang benar ini, harapannya, segera terealisasi komunikasi yang benar dalam grup pelatih.
Di sisi lain, Indra pun mengungkapkan bahwa, kini Departemen Teknik PSSI akan membentuk 34 Dirtek di 34 Asosiasi Provinsi (Asprov). Harapannya agar komunikasi teknis berjalan baik ke semua Asprov. Kebutuhan institusi sepak bola pun menjadi terpadu karena ada Dirtek di federasi, pun ada Dirtek di distrik (provinsi).
Menurut Indra, mulai tanggal 5 Oktober 2021, PSSI akan melaksanakan kursus penyiapan kader calon Dirtek di 34 Asprov dengan harapan pada Januari 2022, semua Asprov sudah memiliki Dirtek.
Untuk kursus kader Dirtek, PSSI sudah mempunyai mandat Coaching Convention untuk Kepelatihan dari FIFA, sehingga Instruktur dan Pemateri, semua dari Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Dirtek Asprov otomatis menjadi bagian dari struktur organisasi Asprov, oleh sebab itu, calon kader Dirtek harus punya kualifikasi sertifikasi yang sesuai kriteria. PSSI percaya kepada Asprov dan Asprov tentu akan mencari kader yang sesuai Kriteria. Dalam perjalanannya nanti, yang berkualitas dan tidak akan muncul, sehingga akan evaluasi dan perbaikan secara berjalan dalam proses kursus.
Masalah Asprov, Askab/Askot
Rencana dibentuknya Dirtek di 34 Asprov seperti yang diutarakan oleh Indra Sjafri, menjadi angin segar bagi persepak bolaan nasional, sebab muara dari Dirtek ini jelas arahnya ke mana. Namun, jangan sampai keberadaan Dirtek, nantinya hanya gebrakan di awal. Setelah itu mati suri, seperti keberadaan beberapa Asprov di negeri ini.
Mati surinya beberapa Asprov pun sudah teridentifikasi pangkal masalahnya, terutama dari dua sisi, yaitu masalah anggaran atau pendanaan dan masalah SDM di organisasi Asprov itu sendiri. Buntutnya, meski Asprov adalah kepanjangan dari federasi pusat bernama PSSI, namun banyak Asprov yang tak dapat lancar menggulirkan program organisasi.
Di sisi lain, mekanisme dan standar seorang pemain menuju timnas, karena di PSSI terlalu banyak stakeholder, maka untuk membentuk timnas kelompok umur, selalu akan tumpang tindih. Ada pemain yang dipanggil atas nama pribadi, sekolah sepak bola, sementara sekolah sepak bola juga masih banyak yang tak bertuan/liar/tak erafilia). ada pemain yang atas nama klub, kompetisi swasta, pilihan Askot/Askab membawa bendera Asprov, hingga dari kompetisi kelompok umur PSSI bernama Suratin serta kompetisi Elite Pro Academy.
Berbeda dengan mekanisme pemain masuk timnas senior. STy jelas menjawab, bahwa persiapan timnas senior yang sekarang sedang dijalankan adalah hasil dari penilaian dan pengamatan timnas senior terakhir berlaga di Dubai, Piala Menpora, dan BRI Liga 1. Sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kembali menyoal rencana adanya Dirtek di 34 Adprov, karena selama ini saya sangat paham tradisi dan budaya di Asprov/Askab/Askot, saya berharap program ini bukan sekadar program dan asal jalan serta bukan sekadar untuk gebrakan, namun setelah itu mati suri. Jangan sampai pula kader calon Dirtek, hanya hasil dari pilihan atau titipan, atau karena kepentingan. Sementara SDM yang dimaksud tak cakap dan tak kompeten. Tak cerdas Teknik, Intelegensi, Personaliti, dan Speed (TIPS). Pun tak mumpuni dalam kepemimpinan dan keorganisasian. Dirtek Asprov jangan sekadar jadi pepesan kosong.
Adanya Dirtek di 34 Asprov juga wajib menjadi pencerahan untuk sepak bola kelompok umur dan akar rumput. Harus lahir standar dan mekanisme rekrutmen pemain timnas di kelompok umur yang benar. Tidak ada lagi TC timnas jadi tempat seleksi pemain.
Semoga, komunikasi pelatih timnas dan pelatih klub terjalin dengan benar dan dilakukan di tempat dan wadah yang benar. Pun rencana program Dirtek di 34 Provinsi, berjalan lancar sesuai tujuan dan menghasilkan, bukan sekadar barang tempelan. Aamiin.
[ad_2]
Sumber Berita