Menjadi Kaya Hati – Analisa

[ad_1]

Adakah manusia yang tidak berharap menjadi orang yang memiliki segala sesuatu di dunia ini alias menjadi orang kaya harta? Lalu, berbagai daya dan upaya pun ditempuh agar dirinya merengkuh harapan menjadi orang kaya harta. Ada yang dengan cara menempuh sesuai ridha Allah, cara benar dan halal sesuai ajaranNya.

Banyak pula yang menempuh jalan tak halal, jalan hina, yang jangankan diketahui oleh Allah, sesama manusia pun tahu akan sikap dan perbuatannya dalam meraih kekayaan dari jalan yang tak benar, tak halal itu.

Bila ditelisik lebih mendalam, bahkan sudah banyak faktanya banyak orang yang akhirnya meraih kekayaan harta dari jalan yang tidak benar. Mengherankannya, rerata orang-orang tersebut adalah golongan orang-orang yang sudah berilmu dan berpendidikan.

Berilmu dan berpendidikan, tetapi kekayaan ilmunya justru digunakan untuk perbuatan yang tidak benar. Hidupnya penuh kamuflase. Sebab sudah tergerus silau duniawi dan gaya hidup yang hedonis.

Apakah itu, tujuan hidup di dunia bagi sebagian orang-orang itu, bahkan juga tetap menampakkan kerakusannya tatkala pandemi corona melanda, rakyat terpuruk dan menderita.

Padahal, bagi manusia ketika masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia, sebelum menghadap-Nya, ada tiga macam kekayaan yang harus dimiliki setiap manusia agar bisa hidup sukses dan bahagia di dunia-akhirat, yaitu kaya. hati, kaya ilmu, dan kaya harta.

Kaya hati, ilmu, kekayaan

Orang yang kaya hati, tidak diukur dari banyaknya kemewahan duniawi tetapi hati yang selalu merasa cukup, bukan hati yang miskin yang artinya hati yang tidak pernah puas.

Berlimpahnya materi bukan jaminan kebahagiaan seseorang, jika hatinya miskin rasa syukur. Dia akan terus merasa kurang dari yang telah dimilikinya. Orang-orang seperti ini bukanlah orang kaya yang sesungguhnya.
Kekayaan hakiki yang bisa membawa kebahagiaan adalah kaya hati.

Orang yang kaya hati adalah orang yang walaupun tidak memiliki banyak harta, namun hatinya selalu dipenuhi rasa syukur atas apa yang dimilikinya. Inilah orang kaya yang sebenarnya. Meski tidak melimpah hartanya, namun rasa syukurnya membuatnya merasa cukup atas nikmat yang telah Allah berikan kepadanya.

Orang yang kaya hati, tidak sedih dan gundah dengan apa pun yang menimpanya. Ketika musibah datang, dia bersabar. Ketika rezeki menghampiri, dia bersyukur. Tidak ada pikiran negatif yang hadir dalam benaknya atas semua ketentuan Allah.

Orang yang kaya hati, dimulai dari sikap selalu ridho dan menerima segala ketentuan Allah. Ia tahu dan yakin sepenuh hati bahwa apa yang Allah beri, sesuai usaha dan kemampuannya, itulah yang terbaik. Karenanya, tidak pernah merasa hina dan rendah diri di hadapan manusia. Dia hanya merasa hina dan rendah diri di hadapan Allah.

Dalam pandangan dan pemikiran orang yang kaya hati, karena tentu saja pondasinya adalah cerdas otak dan emosi, maka memandang bahwa kedudukan setiap manusia sama. Tidak ada beda antara si kaya dan si miskin, pejabat dan rakyat, direktur dan kondektur. Semua manusia sama derajatnya. Yang membedakan hanya iman dan takwa.

Orang yang kaya hati akan selalu menghormati siapa pun yang dia jumpai. Dia akan bersikap ramah kepada setiap orang. Inilah wujud nyata dari kekayaan hati yang dimilikinya.

Apakah syarat untuk menjadi orang yang kaya hati harus kaya ilmu dari bangku sekolah dan kuliah serta kaya harta dulu? Memang banyak contoh orang yang kaya hati bukan sandiwara dan rekayasa, berasal dari golongan orang terdidik dan berilmu karena makan bangku sekolah dan kuliah pun lekat dengan dasar siraman rohani di tempat ibadah.

Namun, banyak pula orang yang kaya hati, tapi tidak didasari oleh pendidikan di bangku sekolah dan kuliah. Mereka kuat pondasi hatinya karena dari ibadah dan siraman rohaninya. Pun ada yang menurun dari keluarganya, ada bawaan bakatnya meski mereka tidak kaya ilmu duniawi dan kaya harta.

Orang yang kaya hati juga tentu tak akan ikut-ikutan aji mumpung memanfaatkan jabatan dan kekuasaannya, politik dinasti dan oligarkinya, dan tak akan ikutan menikmati kue dari hasil memeras rakyat jelata. Orang yang kaya hati tak akan berambisi untuk menjadikan dirinya dianggap pahlawan karena dialah yang telah membuat dan menentukan ini dan itu sebagai catatan sejarah.

Marilah terus sirami rohani kita dengan ayat-ayat Allah. Bisa di tempat ibadah, di rumah, di tempat kerja, di perjalanan dan lainnya, agar pikiran dan hati tak kering di dunia, demi menuju dunia fana.

Jadilah orang yang kaya ilmu, dengan belajar di mana saja, terus membaca hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan dan ketuhanan sebagai suplemen untuk kaya hati.

Bila sudah terlanjur menjadi orang yang kaya harta, dengan kekayaan ilmu, pelajari dan sadari kekayaan itu diperoleh. Adanya kesadaran lalu ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan yang benar, akan membuat kita menjadi kaya hati.

Bila belum kaya ilmu, belum kaya harta, jadikan kekayaan hati yang kita miliki, selalu merasa cukup, menjadi pondasi untuk kita berupaya meraih kekayaan ilmu dengan terus belajar, menggapai kekayaan harta dengan cara yang benar. Jangan sampai kaya ilmu kaya harta tetapi miskin hati.



[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »