[ad_1]
Tingkatkan Transformasi Pelayanan, Pustakawan BNN hadiri Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-14 Tahun 2023, Rabu (9/8). Konferensi yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI bekerjasama dengan Forum Perpustakaan Digital Indonesia dan Universitas Brawijaya di Malang Jawa Timur ini mengangkat tema “Menggalang masa depan melalui preservasi digital pengetahuan lokal Indonesia (budaya, pengetahuan dan pembelajaran)”.
KPDI merupakan kegiatan yang bersifat nasional sebagai ajang untuk berbagai pengetahuan, peningkatan wawasan dan kompetensi bagi para pengelola perpustakaan pengetahuan terkait dengan penerapan dan perkembangan teknologi digital dan perpustakaan digital di Indonesia baik secara teori maupun praktik dan juga sebagai ajang silaturahmi antar pengelola perpustakaan.
Acara ini dihadiri oleh 600 peserta yang terdiri dari Pustakawan, Dosen, Guru, Mahasiswa, Peneliti/Pemerhati Teknologi Informasi dan Digital, serta Peneliti/pemerhati Perpustakaan. Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-14 Tahun 2023 bertujuan sebagai sarana dalam berbagi pengalaman, pengetahuan, saran dan rumusan mengenai Revitalisasi Perpustakaan Digital dalam Percepatan Transformasi Pengetahuan Untuk Masyarakat Sejahtera.
Rektor Universitas Brawijaya, Prof Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., yang turut hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan pesan bahwa dunia digital menjadi tantangan ke depan dalam dunia perpustakaan. Menurutnya ada tiga point penting yang perlu diperhatikan terkait hal tersebut, pertama, di masa era digital banyak konten yang masuk dan disebar, maka harus dipastikan terkait akurasi data.
Poin kedua yaitu bagaimana pustakawan mampu menganalisis data yang masuk setiap hari dan itu bisa jutaan jurnal ilmiah yang masuk setiap hari. Selanjutnya ketiga, konserving data, yakni bagaimana jika ada malware masuk harus di antisipasi. Lebih lanjut Rektor Universitas Brawijaya berharap perpustakaan kampus bisa terkoneksi dengan Perpustakaan Nasional.
“Kita kembangkan digital humanity dengan preservasi dan digitalisasi budaya yang ada di Jawa Timur”, ungkapnya.
Sementara itu Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando pada kesempatan ini menekankan bahwa pustakawan adalah pembaca dan pelayan ilmu pengetahuan yang perlu terus mengupdate pengetahuan kepada masyarakat dan pentingnya banyak membaca dan memiliki literasi yang luas. Menurutnya, majunya sebuah negara tergantung dari tingkat intelektual masyarakat dari negara tersebut. Bahkan, dengan banyak memiliki literasi atau ilmu pengetahuan, satu negara bisa menguasai dunia.
Sekarang ini, tambahnya, satu negara yang memiliki tingkat literasi atau pengetahuan yang tinggi, tidak perlu memiliki tentara yang menguasai satu negara. Namun, cukup dengan pengetahuan atau teknologi yang dijual ke negara tersebut, maka negara yang bersangkutan sudah bisa ‘’dikuasai’’. Jika sebelumnya, pada masa kolonialisme, potensi yang dimiliki Indonesia dibawa ke luar negeri, sekarang ini, komoditas mentah yang dimiliki satu negara dibeli dengan harga murah.
Namun, setelah komoditas tersebut diolah menjadi berbagai jenis produk, seperti handphone, dijual dengan harga mahal. Untuk itulah, pentingnya penguasaan literasi dan pengetahuan agar mampu menguasai dunia. Di sinilah pentingnya pustakawan dalam menjelaskan kepada masyarakat tentang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masyarakat sehingga tidak lagi harus menghitung jumlah pengunjung yang datang, melainkan langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Begitu pula dengan perpustakaan BNN yang merupakan sumber literasi bidang Pencegahan dan Pemberantasan Peredaran Gelap dan Penyalahgunaan Narkotika (P4GN), tentunya diharapkan dapat membangun percepatan transformasi pengetahuan kepada masyarakat. Dengan terbangunnya pengetahuan maka masyarakat dapat turut serta untuk berkontribusi dalam menyukseskan program P4GN.
Biro Humas dan Protokol BNN RI
[ad_2]
Source link