[ad_1]
Setelah ditayangkan terbatas di berbagai negara, film Autobiography, garapan Makbul Mubarak kini sudah rilis di Indonesia. Tak hanya bercerita soal kesetiaan Rakib (Kevin Ardilova) pada majikannya, Purnawinata (Arswendi Bening Swara), film ini juga menyentil isu fatherless yang menjadikan Indonesia berada di peringkat tiga sedunia. Berikut adalah konsep hubungan ayah dan anak di Autobiography yang gambarkan pahitnya fenomena fatherless. Silakan disimak!
Konsep Hubungan Ayah dan Anak di Autobiography Sentil Isu Fatherless
Bergenre suspense thriller, Autobiography mengangkat sederet isu sosial lewat pesan yang dibawakan oleh setiap karakternya. Tak terkecuali fenomena fatherless yang memang nyata adanya.
Hidup dalam budaya patriarki yang masih cukup kental, sukses menjadikan Indonesia sebagai negara fatherless ketiga di dunia. Sungguh bukan prestasi yang patut dibanggakan. Justru malang, masih banyak anak yang tidak benar-benar merasakan kehadiran ayah sekalipun mereka ada.
Lewat Autobiography, kita bisa belajar bahwa anak yang tumbuh tanpa figur ayah membuatnya tidak ‘utuh’ berkembang secara emosional. Seperti Rakib yang mudah percaya dan akhirnya kecewa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.
Peran Ayah dalam Perkembangan Emosional Anak
Meski sering tidak disadari, keikutsertaan ayah dalam mendampingi tumbuh kembang anak punya dampak signifikan dalam perkembangan sosial-emosional mereka. Syukurlah, saat ini semakin banyak ayah yang memilih terlibat aktif dalam peran pengasuhan anak. Meski masih banyak juga ‘PR ayah’ yang mesti diselesaikan.
Lewat artikel ini, mari kita sama-sama belajar yuk untuk mendalami pentingnya peran dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak!
1. Keterampilan Bergaul
Sejak bayi lahir, ayah punya peran yang sama pentingnya dengan ibu dalam perkembangan sosial-emosional anak. Jadi kalau Anda berpikir ayah hanya bertugas mencari nafkah, Anda salah besar.
Karena faktanya, ayah yang terlibat aktif dalam pengasuhan akan membangun kedekatan hubungan dan kualitas interaksi yang positif dengan anak. Dan hal ini akan membangun keterampilan anak dalam bergaul dengan orang-orang di sekitarnya nanti.
Anak akan belajar bagaimana membawa dirinya dan tahu bagaimana harus bersikap dengan karakter orang yang berbeda-beda.
2. Kemampuan Pengendalian Diri
Interaksi ayah saat membersamai anak, baik itu saat bermain, belajar, bahkan memompa ban sepeda, ternyata juga berdampak pada kemampuan anak untuk mengendalikan diri.
Ayah belajar memahami anak, anak belajar dari ayah. Pola inilah yang secara tidak langsung membuat anak belajar bagaimana merespon sesuatu, mengendalikan diri, atau mengekspresikan emosinya secara tepat dan tidak berlebihan.
Dan hal seperti ini tidak mungkin bisa Anda dapati kalau ayah masih sibuk main handphone saat bersama anak dan keluarga.
3. Kemampuan Menghadapi dan Mengelola Konflik
Kedekatan emosi dan pola komunikasi yang sehat antara ayah dan anak adalah satu kuncian penting dalam membangun kemampuan anak dalam mengelola dan menghadapi konflik.
Anak yang dekat dengan orantuanya (tentu ayah termasuk di dalamnya) cenderung mendapatkan arahan, masukan, maupun contoh bagaimana cara menyelesaikan dan menghadapi masalah dengan bijak dan bertanggung jawab.
Anak juga mempelajarinya dari bagaimana kedua orangtuanya berinteraksi. Itu sebabnya sangat penting bagi kedua orangtua untuk menjadi contoh yang baik bagi anak-anak.
Parents, inilah sepenggal nilai dan konsep hubungan ayah dan anak di Autobiography yang bisa dipetik pelajarannya. Tidak satupun anak terlahir sempurna, begitu pula dengan orangtuanya. Maka, sudah selayaknya kita sama-sama belajar dan terus belajar untuk menjadi orangtua—ayah dan ibu yang sebaik-baiknya.
Baca Juga:
Normalisasi Ayah Momong Anak, Politisi AS Bawa Anaknya Hadiri Kongres
Menyentuh! Ini 3 Film dan Serial yang Berkisah Tentang Bapak Rumah Tangga
[ad_2]
Source link