Benarkah Sulit Menjadi Diri Sendiri? – Gaya Hidup

[ad_1]

Menjadi Diri Sendiri

By Supartono JW. September.13092021

Tidak mudah terpengaruh
Mengenal diri sendiri
Tahu siapa dirinya, prinsip hidupnya, Nilai-nilai yang dipegangnya

Mampu menghadapi masalah
Tidak silau dengan duniawi
Mampu mengendalikan emosi, mengendalikan diri, Memahami orang lain

Reff

Orang yang sudah menjadi diri sendiri
Dia mampu menghargai perbedaan, dia punya prinsip sendiri
Paham bahwa orang lain
Juga miliki pandangan sendiri

Orang yang sudah menjadi diri sendiri
Punya prinsip sendiri saling melengkapi
Mampu berpikir dengan baik
Bijaksana dalam bersikap
dan langkah-langkahnya

(Ada di Chanel YouTube: Supartono JW)

Siapa yang kini sedang menjalani kehidupan nyata, tetapi menjadi orang lain, bukan menjadi diri sendiri? Jawabnya, yang tahu kebenarannya adalah hati dan pikiran kita masing-masing, meski orang lain dapat merasakan dan dapat melihatnya.

Dalam kehidupan di atas panggung drama atau sandiwara di panggung gedung pertunjukkan serta dalam dunia film, semua aktor dan aktris dapat dipastikan akan berganti karakter dengan memerankan tokoh menjadi orang lain. Dapat dipastikan pula, seorang aktor dan aktris baik di panggung drama atau film akan melakukan riset, pendalaman peran, pendalaman karakter dan lain sebagainya sebelum memerankan tokoh sesuai naskah agar aktingnya benar-benar sesuai tuntutan peran.

Memainkan peran sebagai karakter orang lain, bagi orang yang bekerja sebagai aktor dan aktris profesional, bukanlah pekerjaan yang sulit. Namun dalam fakta kehidupan sehari-hari, ternyata baik orang yang bekerja sebagai aktor dan aktris maupun orang awam, memainkan peran sebagai diri sendiri justru sulit.

Banyak orang yang justru dalam kehidupan sehari-hari berpura-pura menjadi orang lain karena berbagai latar belakang dan alasan. Meski hidupnya menjadi aneh, tidak santai, tidak bahagia, atau tidak menikmati hidup, tetapi nyatanya banyak yang tetap menjalani hidup dengan kepura-puraan walaupun dengan terpaksa.

Hidup berpura-pura, yang pasti akan menyiksa diri bagi para pelakunya, namun saat mereka harus kembali menjadi diri sendiri, bukanlah perkara gampang. Tidak tahu harus dari mana memulainya. Malah banyak yang akhirnya kesasar dan tambah terpuruk.

Hidup pura-pura tidak menjadi diri sendiri, bahkan kini tidak hanya menyasar kalangan menengah ke atas dan elit di negeri ini karena beban dan tuntutan gaya hidup dan jabatan dalam pekerjaan atau politik, namun kini juga menyasar kalangan menengah ke bawah hingga kalangan bawah. orang jelata. Hingga akhirnya, mereka semua terus dipermainkan oleh kehidupan yang berpura-pura menjadi orang lain karena diciptakan sendiri dengan tujuan mencari kebahagiaan, ketenaran, di mata orang lain dan masyarakat. Tapi hanya kehidupan semu, kebahagiaan semu.

Hidup menjadi diri sendiri yang sulit, juga seringkali dipengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif yang datang dari pikiran kita sendiri. Malah banyak orang berpikir bahwa sebaiknya menjadi orang lain untuk membuat imej yang lebih baik di depan orang lain.

Harus terlihat lebih dari orang lain dalam hal kepintaran atau kecerdasan, gaya hidup, gaya bicara, dan gaya-gaya yang lain. Sampai tak sadar melakukan hal egois, mau menang sendiri, yang tanpa disadari justru semakin membuat orang lain tahu siapa saya, kita yang sebenarnya, karena yang dilakukan hanya berpura-pura. Orang lain jadi tahu spidometer kita dalam berbagai hal.

Cara menjadi diri sendiri

Lalu, bagaimana cara sederhana agar saya, kita, tidak terjebak pada kehidupan pura-pura dan semu, tetapi menjadi diri sendiri? Dan dapat mencapai kebahagiaan dengan menikmati kehidupan mengalir apa adanya? Ada beberapa cara sederhana di antaranya:

Cobalah dengan memulai menerima diri sendiri apa adanya. Terima segala kekurangan yang ada pada diri saya, kita sebagai bagian dari diri saya, kita. Berhenti mengeluh. Berhenti marah-marah. Tidak malu atas apa yang ada dalam diri saya, kita. Menerima semua kekurangan yang dimiliki, jujur dan memercayai diri sendiri akan lebih membikin saya dan kita bahagia. Hanya saya, kita yang akan dapat menerima diri saya, kita yang hakiki. Nyata.

Berikutnya, saya, kita, teruslah belajar mengenali diri sendiri. Pelajari apa kekurangan dan kelemahannya. Pelajari apa kelebihan dan kehebatannya tanpa rekayasa dan pura-pura. Tanyakan pada.l diri sendiri, apa yang paling cari dalam hidup ini. Apakah hanya kesenangan? Hanya uang dan harta benda? Tahta, jabatan, dan kekuasaan? Hidup seperti apa yang diinginkan, dll? Dengan pertanyaan tersebut, maka ukurlah kemampuan diri, manakah yang mampu kita rengkuh dengan fakta dan kenyataan sesuai kelemahan dan kelebihan saya, kita.

Selanjutnya, pahami betul kekuatan yang saya, kita miliki, bukan rekayasa. Hanya saya, kita yang tahu kekuatan dan kelebihan alami yang sebenarnya. Karenanya, saya, kita bisa menjadikan kekuatan atau kelebihan itu sebagai modal nyata, untuk hidup yang tidak perlu berpura-pura, hidup menjadi diri sendiri.

Seperti apa menjadi diri sendiri

Orang yang sudah hidup dengan menjadi diri sendiri, sejatinya mudah diidentifikasi.   Orang yang sudah berusaha hidup menjadi diri sendiri, beberapa tanda atau cirinya adalah tidak mudah terpengaruh. Tak akan mudah terpengaruh oleh arus yang akan membawa perubahan negatif, karena sudah mengenali diri sendiri sepenuhnya.Tahu siapa dirinya, prinsip hidupnya, nilai-nilai yang dipegangnya sehingga menjadi pondasi kuat hingga tak mudah terpengaruh orang lain atau lingkungan sekitar.

Tanda selanjutnya adalah mampu menghadapi masalah dengan tenang. Orang yang hidup dengan menjadi diri sendiri, tidak akan silau dengan berbagai hal, sehingga ketika masalah datang, mereka mampu mengendalikan emosi dan menyelesaikannya sendiri. Meskipun masalahnya menyedihkan, membuat frustrasi, dan cenderung menimbulkan emosi dan kemarahan. Namun bisa dikendalikan dengan cara yang bijak, bukan jalan pintas yang justru menambah masalah dan menambah kejatuhan. Namun pemikirannya matang karena dilandasi oleh kecerdasan intelektual (otak) dan kecerdasan kepribadian (mental dan emosional).

Orang yang sudah menjadi diri sendiri juga tentu akan nampak nyata dalam menghargai perbedaan. Dasarnya karena  mempunyai prinsip sendiri dan paham bahwa orang lain juga memiliki pandangan mereka sendiri, prinsip sendiri. Menyadari bahwa adanya perbedaan justru untuk saling melengkapi. Bahkan pandangan yang berbeda malah menjadi ilmu baru bagi orang yang hidup menjadi dirinya sendiri untuk menambah kuat pondasi kehidupan menjadi diri sendiri.

Sebab, orang yang sudah mampu menjadi diri sendiri itu tidak mudah terpengaruh, mampu menghadapi masalah dengan tenang, menghargai perbedaan karena punya prinsip dan paham orang lain juga memiliki prinsip, maka orang yang mampu menjadi diri sendiri juga akan piawai dalam berpendapat baik secara lisan maupun tulisan.

Hal ini terjadi karena orang yang sudah menjadi diri sendiri itu sangat mengenal siapa dirinya, apa kelemahan dan kekuatannya, maka dia akan mudah berbagi dalam mengutarakan isi hati dan pemikirannya baik untuk diri dan orang lain,, demi kemaslahatan, kebaikan bersama dengan bahasa lisan atau tulisan yang elegan, berimbang, obyektif, tak memihak.



[ad_2]

Sumber Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »