[ad_1]
Sebagai pengguna media sosial, tentu Anda sering menemukan orang-orang yang mengunggah tentang pencapaian atau pendapatan pribadinya. Tak sedikit yang juga memberi kesan bahwa orang tersebut akhirnya terlihat seperti memamerkan apa yang dimilikinya. Sikap pamer di media sosial ini adalah yang saat ini juga dikenal dengan istilah “flexing”. Mungkin Anda asing dengan istilah ini, sederhananya flexing adalah sebuah perilaku yang suka pamer harta dan pencapaian di media sosial.
Keberadaan media sosial di zaman sekarang ini tentu membuat flexing semakin mudah. Sulit untuk tidak flexing ketika kita memiliki sesuatu untuk dipamerkan. Secara online, manusia juga ingin sebagai seseorang yang memiliki kekayaan, menarik secara fisik, cerdas, dan populer.
Lantas, sebenarnya apa itu flexing? Dari mana asal usulnya? Berikut penjelasan mengenai flexing yang menjadi ramai di media sosial melansir dari beberapa sumber di bawah ini.
Artikel terkait: Ini Instrumen Investasi yang Cocok untuk Generasi Sandwich!
Apa itu Flexing?
Melansir dari Kontan, Sementara menurut Cambridge Dictionary, flexing adalah menunjukkan sesuatu yang Anda miliki atau raih tetapi dengan cara yang dianggap oleh orang lain tidak menyenangkan.
Sedangkan mengacu kamus Merriam-Webster, asal kata flexing adalah “flex” yang bermakna menunjukkan atau mendemonstrasikan. Jika merujuk fenomena yang baru-baru ini terjadi, flex bermakna memamerkan kekayaan.
Contoh flexing yang paling sering ditemukan adalah seorang influencer yang flexing tas buatan desainer atau kemewahan lainnya di media sosial.
Artikel terkait: Agar Tak Cekcok, Ini 6 Cara Atur Uang untuk Bantu Orang Tua dan Mertua
Flexing adalah Kebiasaan Pamer di Media Sosial, Ini Asal Usul Istilah Tersebut
Dirangkum dari laman Dictionary.com, asal mula munculnya arti kata flexing adalah bahasa gaul dari kalangan ras kulit hitam untuk “menunjukkan keberanian” atau “pamer” sejak tahun 1990-an.
Rapper Ice Cube secara khusus menggunakannya dalam lagunya tahun 1992 berjudul It Was a Good Day dengan liriknya “Saw the police and they rolled right past me / No flexin’, didn’t even look in a n*gga’s direction as I ran the intersection.”
Selain itu, asal kata “flex” atau flexing adalah melenturkan otot seseorang, yaitu untuk menunjukkan seberapa kuat fisik seseorang dan seberapa siap seseorang bertarung. Hal ini menjadi metafora arti flexing adalah mereka berpikir lebih baik dari yang lainnya.
Selanjutnya, kata “flex” atau flexing menjadi kian populer pada tahun 2014 berkat No Flex Zone dari Rae Sremmurd yang berarti area untuk orang-orang yang santai, bersikap seperti dirinya sendiri, dan tidak pamer atau pura-pura menjadi pribadi yang berbeda.
Bisa ditarik kesimpulan bahwa dalam bahasa gaul, orang yang flexing adalah dianggap suka berbohong memiliki banyak kekayaan meski realitanya tidak. Banyak yang berpendapat bahwa kata flexing adalah orang yang palsu, memalsukan, atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan memperlihatkan kekayaan, namun jika berlebihan tentu akan mengganggu banyak orang. Biasanya, tindakan flexing ini disebabkan beberapa hal antara lain sebagai berikut.
- Insecure. Seseorang akan melakukan tindakan flexing ketika merasa keberadaan dirinya kurang dihargai atau kurang dianggap penting oleh orang lain. Mereka akan menunjukkan kepada khalayak umum jika dirinya berhak diterima di dalam suatu lingkungan dengan bentuk kekayaan.
- Kurangnya empati. Tindakan flexing juga dapat terjadi karena kurangnya rasa empati pada seseorang yang melakukan flexing.
- Ada masalah kepribadian. Mereka yang melakukan tindakan flexing biasanya juga dipengaruhi oleh adanya permasalahan kepribadian. Misalnya kecenderungan suka mencari perhatian, membutuhkan pengakuan serta ingin diperlakukan oleh orang lain apabila dirinya merupakan yang paling hebat bila dibandingkan dengan orang lain yang ada disekitarnya.
- Tekanan sosial. Gaya hidup turut memengaruhi, misalnya saat ada teman yang lebih kaya dan mampu meraih apapun akan melakukan flexing.
Artikel terkait: Mengupas Pentingnya Dana Darurat dalam Kehidupan, Ini Besaran yang Ideal
Perilaku Flexing Adalah Berkebalikan dari Orang Kaya Sungguhan
Melansir dari Tirto, Perilaku flexing sebenarnya berkebalikan dari orang kaya sungguhan. Hal ini disampaikan oleh Prof Rhenald Kasali bahwa orang kaya yang sesungguhnya tidak ingin menjadi pusat perhatian. Hal tersebut berkaitan dengan sebuah pepatah yang mengatakan “poverty screams, but wealth whispers” yang artinya kemiskinan menjerit, tetapi kekayaan berbisik.
“Biasanya, kalau semakin kaya orang-orang justru semakin menghendaki privasi, tidak ingin menjadi pusat perhatian,” tutur Rhenald Kasali dalam video YouTubenya.
Rhenald juga memaparkan flexing sebagai strategi marketing untuk membangun kekayaan agar customer percaya. Flexing sebelumnya pernah terjadi pada salah satu kasus travel di Indonesia. Mereka memamerkan kekayaan dengan begitu mewahnya hingga customer percaya.
“Flexing itu ternyata marketing untuk membangun kepercayaan dan menunjukkan kepada customer. Akhirnya, customer percaya dan menaruh uangnya untuk ibadah umrah, walau akhirnya banyak yang tidak berangkat,” terangnya.
Nah, demikian penjelasan mengenai perilaku flexing beserta contoh yang sempat heboh beberapa waktu lalu di Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!
Baca juga:
8 Artis Indonesia yang Tak Pernah Pamer Kekayaan Meski Tajir Melintir
Jadi Tersangka Kasus Binomo, Inilah 5 Sumber Kekayaan Indra Kenz
[ad_2]
Source link